• Beranda
  • Berita
  • Pemerhati: Kenaikan harga BBM momentum kembangkan energi alternatif

Pemerhati: Kenaikan harga BBM momentum kembangkan energi alternatif

9 September 2022 23:36 WIB
Pemerhati: Kenaikan harga BBM momentum kembangkan energi alternatif
Pemanfaatan energi surya untuk kebutuhan rumah. (ANTARA/ Ganet Dirgantoro)
Pemerhati energi Victor Wirawan mengatakan kenaikan harga BBM seharusnya bisa menjadi momentum bagi pemerintah untuk mengembangkan energi alternatif.

"Banyak energi alternatif yang bisa dikembangkan di Indonesia. Matahari, angin, air, dan panas bumi. Semuanya potensial untuk menjadi energi baru dan terbarukan," kata Victor dalam keterangan tertulis, Jumat.

Pengembangan energi alternatif bisa dilaksanakan melalui kerja sama antarsektor, seperti swasta dan pemerintah dalam upaya mencapai target bauran energi sebesar 23 persen pada 2025 dan naik menjadi 31 persen pada 2050.

Victor yang belum lama ini meluncurkan produk motor listrik Anubis Cruisercross bertenaga baterai 8,3 kWh mengatakan salah satu yang bisa dikembangkan untuk mendukung pengembangan energi alternatif adalah memanfaatkan sistem penyimpanan energi (energy storage system/ ESS).

Baca juga: DKI gelontorkan subsidi BBM untuk TransJakarta sebesar Rp62,1 miliar

"ESS selama ini dikenal sebagai powerbank untuk mengisi daya ponsel, namun yang kita maksud di sini yang punya daya lebih besar lagi sehingga sanggup memenuhi kebutuhan rumah tangga," tutur Victor.

Dengan tingginya harga BBM, kata dia, bisa menjadi momentum bagi pelaku industri EBT, baik swasta maupun pemerintah untuk kembali mengembangkan energi alternatif.

"Saya berharap pemerintah dan swasta bisa terus melakukan edukasi kepada masyarakat untuk menggunakan EBT sebagai energi alternatif agar tidak terus tergantung pada energi fosil,” tutur Victor.

Baca juga: DKI bahas dampak kenaikan harga BBM untuk UMP 2023

Victor melanjutkan di tengah terus berlanjutnya krisis energi dan semakin meningkatnya harga bahan bakar fosil di berbagai belahan dunia, teknologi ESS bisa menjadi perangkat utama di rumah untuk mencegah pemadaman ketika terjadi mati listrik.

"Dengan ESS berdasarkan penelitian mampu menghemat tagihan bulanan sebesar 60 persen," kata Victor.

Victor menjelaskan perangkat ESS ini bisa dipadankan dengan pembangkit listrik tenaga surya.

Baca juga: Pemprov DKI tekan potensi kenaikan harga

"Jadi saat pagi hingga siang hari ESS menyimpan sebagian energi yang tidak dimanfaatkan. Untuk kemudian dapat digunakan pada malam hari," kata Victor.

ESS yang ada di pasaran saat ini memiliki kapasitas sekitar 8 kWh (kilowatt hour) cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik vila, perkantoran, rumah pribadi, termasuk komplek perumahan, tutup Victor.

Perangkat ini juga sudah digunakan PLN terutama untuk kegiatan-kegiatan besar yang membutuhkan pendukung energi dalam jumlah besar.

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022