• Beranda
  • Berita
  • BMKG harapkan pengembangan kompetensi dalam pertemuan SATREPS-BICC

BMKG harapkan pengembangan kompetensi dalam pertemuan SATREPS-BICC

13 September 2022 18:43 WIB
BMKG harapkan pengembangan kompetensi dalam pertemuan SATREPS-BICC
Tangkapan layar - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam pertemuan Kemitraan Riset Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan (SATREPS) secara daring di Jakarta, Selasa (13/9/2022). ANTARA/Devi Nindy.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengharapkan adanya pengembangan kompetensi pada jajarannya dalam pertemuan Kemitraan Riset Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan (SATREPS).

Pertemuan tersebut mengangkat tajuk besar, yakni Membangun Keberlanjutan Sistem untuk Resiliensi dan Inovasi Masyarakat Pesisir (BRICC).

Dwikorita dalam pertemuan yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa, mengatakan saat ini BMKG terus mengupayakan solusi untuk mendapatkan keterlibatan aktif dan konsisten seluruh organisasi dan pemangku kepentingan terkait peringatan dini dan diseminasi informasi guna menciptakan nihil korban.

Baca juga: BPOM-Unair perbarui kemitraan mendorong riset terapan

"Harapan kami adalah melalui proyek untuk membangun sistem ketahanan dan inovasi yang berkelanjutan, dan juga komunitas, yang melibatkan berbagai universitas, peneliti dan pejabat pemerintah dari lembaga dan institusi Indonesia, akan banyak kegiatan yang dikembangkan untuk mengembangkan kompetensi kami ke pendidikan dan pelatihan, sampai tujuan tercapai," ujar Dwikorita.

Dwikorita mengatakan BMKG memiliki tujuan yang sama dalam menciptakan kawasan pesisir yang resilien dan dapat mencegah terjadinya bencana, dengan memberikan peringatan dini serta informasi guna mengurangi kerugian ekonomi dan kehidupan.

Peringatan dini merupakan aspek teknis yang terus membutuhkan inovasi teknologi bersama di bagian hulu dari sistem yang dikoordinasikan oleh BMKG, kata Dwikorita.

Sedangkan tindakan dini merupakan aspek sosial budaya yang dikoordinasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan pemerintah daerah terkait.

"Mulai dari penindakan dini atau hulu, hilir, dari aspek teknis budaya, harus terintegrasi dan terhubung secara berkesinambungan dalam cara efektif yang berkelanjutan," kata Dwikorita.

Dalam hal ini, kata Dwikorita, dibutuhkan peningkatan teknologi terkini dan pengembangan ilmu pengetahuan ilmiah, jaringan pemantau, dan alih teknologi analisis dengan pertimbangan aspek sosial budaya. Adapun keterlibatan pihak lain dan pemangku kepentingan, baik dari lembaga di Indonesia maupun Jepang akan saling melengkapi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Baca juga: BMKG-LIPI kembangkan riset precursor untuk gempa lebih dari 6,5 M

Baca juga: BMKG nyatakan hasil riset Unsyiah bisa saja terjadi di Banda Aceh


Dwikorita menyadari masih ada tantangan dan pekerjaan rumah mengenai kesadaran dan kesiapan masyarakat. Oleh karenanya, Dwikorita mengharapkan BMKG, yang mana jajarannya diisi oleh para ahli dan peneliti, dapat belajar dari proyek tersebut serta berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan.

Kick-off meeting Kemitraan Riset Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan (SATREPS), Membangun Keberlanjutan Sistem untuk Resiliensi dan Inovasi Masyarakat Pesisir (BRICC) diselenggarakan pada Selasa.

Acara tersebut menghadirkan sejumlah ilmuwan dan peneliti dari lembaga dan Universitas di Jepang, serta lembaga dan Universitas di Indonesia.

Adapun yang menjadi perhatian dalam proyek ini adalah pemantauan kawasan pesisir, asesmen multibahaya, solusi berbasis alam atau Eco-Disaster Risk Reduction (DRR), dan membangun platform terintegrasi untuk teknologi.

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022