Menurut Moeldoko, peningkatan produksi pangan alternatif merupakan strategi yang presisi agar Indonesia tidak tergantung kepada padi sebagai satu-satunya komoditas pangan.
"Kita semua sudah tahu keunggulan sorgum dan sagu yang memberikan potensi ekonomi yang besar bagi negara ini. Namun kita perlu membicarakan dan memikirkan kenapa dua komoditas ini masih belum berkembang?" kata Moeldoko dalam keterangan pers Kantor Staf Presiden (KSP) RI yang diterima di Jakarta, Rabu.
Hal itu disampaikan Moeldoko saat menjadi pembicara kunci dalam pembukaan webinar "Strategi Pengembangan dan Industrialisasi Sagu dan Sorgum Nasional Berbasis Korporasi" yang diinisiasi Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) secara daring dari Gedung Bina Graha, Jakarta, Selasa (14/9).
Baca juga: Presiden Jokowi minta anggota Kadin coba tanam sorgum di NTT
"Kita harus mulai membangun ekosistem pangan alternatif, khususnya sorgum. Saya pun berharap segala macam diskusi yang diadakan oleh para pakar menghasilkan sesuatu yang konkrit. Jangan hanya banyak beradu konsep, tapi miskin aplikasi," katanya.
Moeldoko juga menyoroti minimnya jumlah off-taker atau perusahan yang menghubungkan komoditas petani ke pasar turut menghambat pengembangan ekosistem sorgum.
Oleh karena itu, ia menegaskan para pemilik modal perlu diyakinkan untuk turut berkontribusi mengembangkan industri alternatif pangan nasional.
"Minimnya off-taker ini menyebabkan industri sorgum tidak berkembang. Maka budidaya sorgum tidak bertumbuh secara masif. Riset di sektor benih sorgum juga tidak berjalan gegap gempita. Kenapa? Karena sorgum belum menjadi pilihan," katanya.
Padahal dibandingkan komoditas pangan lain, sorgum merupakan tanaman yang multifungsi karena semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, pakan ternak, dan bioetanol.
Biji sorgum tidak banyak berbeda dengan beras atau terigu, nira batang sorgum merupakan sumber bioetanol, dan ampas batang serta daunnya dapat digunakan untuk pakan ternak.
Moeldoko berharap ekosistem sorgum dapat segera dimanfaatkan untuk pakan ternak karena Indonesia masih dalam status berkecukupan beras.
"Tapi ketika nanti kita menghadapi krisis, kita bisa dengan mudah menggeser sorgum untuk alternatif pangn manusia karena ekosistemnya sudah terbangun," ujar dia.
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022