• Beranda
  • Berita
  • Riset: UMKM Indonesia nilai adopsi dompet digital penting

Riset: UMKM Indonesia nilai adopsi dompet digital penting

15 September 2022 18:37 WIB
Riset: UMKM Indonesia nilai adopsi dompet digital penting
Ilustrasi para merchant, termasuk UMKM yang terdaftar di LinkAja telah mencatat peningkatan signifikan dalam penggunaan QRIS sebagai salah satu metode pembayarannya, dimana juga diikuti oleh meningkatnya adopsi QRIS bagi pengguna LinkAja dan LinkAja Syariah. (ANTARA/Humas LinkAja)
Riset bertajuk "Indonesia Mobile Payment Review 2022" dari platform keuangan digital LinkAja dan perusahaan media yang berbasis di Singapura DealStreetAsia menunjukkan bahwa para pegiat UMKM di Indonesia menilai adopsi dompet digital (e-wallet) makin penting bagi keberlangsungan bisnis maupun ekonomi digital.

Laporan tersebut menunjukkan sebanyak 76 persen responden setuju bahwa memiliki e-wallet sebagai sarana untuk memproses transaksi perannya semakin penting bagi para pelaku bisnis UMKM.

"Riset yang dilakukan ini memberikan banyak masukan penting untuk adopsi e-wallet lebih luas lagi di Indonesia terutama di kalangan UMKM, karena kita dapat melihat potensi adopsi e-wallet sebagai salah satu metode pembayaran para pelaku UMKM tersebut," kata Head of Research ASEAN dari DealStreetAsia Andi Haswidi dalam jumpa media secara daring, Kamis.

Baca juga: LinkAja dukung digitalisasi distribusi BBM wujudkan inklusi keuangan

Lebih lanjut, riset menunjukkan sebanyak 97 persen responden yang disurvei sudah pernah menggunakan setidaknya satu jasa e-wallet dan lebih dari setengah offline merchant, tepatnya sebesar 56 persen dari pengguna baru mulai menggunakan e-wallet untuk pertama kalinya dalam masa pandemi.

Temuan riset lainnya memperlihatkan bahwa meskipun uang tunai masih menjadi metode pembayaran utama, namun pembayaran secara digital kian menjadi alternatif pembayaran yang paling populer, dimana e-wallet menjadi alternatif pembayaran di luar cash yang paling populer di kalangan UMKM.

Hal ini terlihat dari 23 persen jumlah responden yang mengatakan bahwa mereka melayani transaksi digital melalui e-wallet dari pelanggan mereka setiap hari, yang mana porsi pembayaran melalui transfer bank sebesar 9 persen sedangkan porsi pembayaran melalui kartu debit dan tunai sebesar 5 persen.

Sementara itu, hasil studi ini juga sejalan dengan riset "E-conomy SEA 2021" yang dirilis oleh Google, Temasek, dan Bain & Co yang menunjukkan sebanyak 1 dari 3 merchants di Asia Tenggara mengaku bahwa tanpa kehadiran platform digital, mereka tidak akan mampu mempertahankan operasi usaha selama pandemi.

Dalam riset tersebut, disebutkan juga bahwa sudah banyak merchant yang merasakan dampak positif dari aplikasi platform digital, terutama dari sisi bertambahnya peluang bisnis. Maka dari itu, penerapan platform digital, khususnya dari sisi pembayaran, akan semakin marak ditemui pada merchant, tak terkecuali UMKM.

Dari sisi platform, Chief of Finance & Strategy Officer LinkAja Reza Ari Wibowo mengatakan kolaborasi dengan berbagai pihak dirasa penting untuk melakukan digitalisasi pada rantai pasok ekosistemnya dengan menyediakan layanan keuangan (pembayaran dan pembiayaan), sekaligus menjadi penyedia produk digital bagi pelaku UMKM.

"Dengan berkolaborasi dengan LinkAja, pelaku UMKM akan mendapatkan manfaat seperti meningkatkan penjualan, menyederhanakan penanganan uang tunai, mendapatkan pembayaran secara langsung dari para pembeli tanpa kasbon, hingga memantau kinerja bisnis mereka," ujar Reza.

Baca juga: QRIS kian dorong adopsi transaksi nontunai di Indonesia

Baca juga: LinkAja Syariah raih penghargaan internasional

Baca juga: LinkAja dan LinkAja Syariah tumbuh positif perluas penggunaan QRIS

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022