"Kiai Ageng Gribig adalah inovasi pada zamannya dan hari ini ekonomi rakyat bergerak," kata Airlangga, saat memberikan sambutan dalam acara pembagian kue apem di Pasar Jatinom, Klaten, Jawa Tengah, Jumat, sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis yang diterima di Jakarta.
Adapun pembagian kue apem tersebut, digelar dalam rangka haul ulama Kiai Ageng Gribig. Selanjutnya, Airlangga mengaku bersyukur bisa terlibat dalam penyelenggaraan acara haul Kiai Gribig.
Sebagai keturunan dari Kiai Gribig, Airlangga mengaku senang acara ini bisa terselenggara dan dihadiri oleh ribuan masyarakat. Dia menganggap acara ini menandakan bahwa Indonesia sudah berhasil bangkit dari pandemi COVID-19.
"Sudah hampir dua tahun kita tidak menyelenggarakan acara ini, alhamdulillah COVID bisa ditangani baik," ujar Airlangga.
Baca juga: Airlangga doakan RI terhindar dari ancaman krisis dan bahaya
Baca juga: Airlangga gelar zikir dan selawat bareng Habib Syech dan Gus Ali
Selain Airlangga, acara pembagian kue apem ini juga dihadiri oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Ganjar mendampingi Airlangga membagikan kue apem kepada masyarakat. Mereka melempar apem dari atas panggung dan disambut antusias oleh warga yang hadir. Meskipun dihadiri oleh ribuan warga, acara itu tetap berjalan tertib.
Menurut Ganjar, seluruh masyarakat merindukan acara haul Kiai Ageng Gribig, setelah sempat tidak digelar karena pandemi COVID-19.
"Kita kangen suasana seperti ini. Alhamdulillah semua dikasih waras. Acara 'yaa qowiyu' ini adalah doa agar kita semua diberi kekuatan, bisa bangkit karena kuat,” kata dia.
Acara haul Kiai Ageng Gribig ini berlangsung di Pasar Jatinom sejak Kamis (15/9) malam dengan digelar-nya doa dan zikir bersama. Dalam acara doa dan zikir bersama itu, Airlangga mengundang dua ulama Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf serta KH Agus Ali Masyhuri. Berikutnya, ada pula Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Nusron Wahid.
Saat itu, Nusron menyampaikan tradisi pembagian apem yang digelar di Desa Jatinom dalam rangka haul Kiai Ageng Gribig diselenggarakan pada hari Jumat terakhir di bulan Safar. Tradisi tersebut, kata dia, dikaitkan dengan kisah Kiai Ageng Gribig yang dipercaya sebagai juru dakwah dari Wali Songo dan keturunan Raja Brawijaya V dari Keraton Majapahit ketika sedang melakukan ibadah haji ke Mekah.
Di Mekah, menurut Nusron, Kiai Ageng Gribig mendapatkan kue apem dan membawanya sampai ke Jatinom untuk dibagikan ke anak-anaknya dalam keadaan masih hangat. Namun ternyata, apem itu tidaklah cukup untuk diberikan karena hanya berjumlah tiga.
Baca juga: Menko Airlangga dorong peran penting pesantren majukan ekonomi umat
Oleh karena itu, Kiai Ageng Gribig meminta kepada Allah SWT agar melipatgandakan jumlah apem itu sambil melafalkan "Yaa Qowiyu" yang bermakna memohon kekuatan dari Allah SWT.
Mendengar wirid itu, istri Kiai Ageng Gribig pun membuat apem agar bisa dibagikan kepada banyak orang. Sejak saat itu, masyarakat setempat mengenang peristiwa tersebut dengan ikut membuat apem dan berdoa demi keselamatan.
Nusron berpendapat, selain sebagai wujud penghormatan atau ketakziman kepada Kiai Ageng Gribig, partisipasi Airlangga dalam haul ini juga merupakan wujud upayanya untuk menjaga tradisi tersebut.
"Selain ketakziman kepada beliau sebagai ulama besar penyebar Islam di tanah Jawa dan tokoh pejuang, Pak Airlangga sebagai salah satu keturunannya dan saat ini diberikan amanah di pemerintah tentu berkepentingan agar tradisi-tradisi semacam ini bisa dijaga dan memberikan spirit yang positif bagi masyarakat," ujar Nusron.
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022