"Saya mengenal beliau di acara seminar nasional ataupun internasional," kata Gus Yahya, sapaan akrab K.H. Yahya Cholil Staquf, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
"Selain itu," kata dia, "tentu saja saya membaca karya-karyanya. Dari perjumpaan seperti itu, saya sangat merasakan bahwa Prof. Azyumardi Azra memiliki girah kebersamaan dalam konteks kebangsaan atau kultur kesantrian NU dan Muhammadiyah."
Di samping itu, dalam banyak kesempatan, Azyumardi juga kerap mengatakan bahwa NU dan Muhammadiyah adalah pilar keislaman yang menopang kehidupan bersama dalam satu bangsa.
"Islam ala NU dan Muhammadiyah mengedepankan nilai-nilai kebangsaan serta semangat cinta Tanah Air. Modalnya jelas, Islam tawasuth (netral), moderat, rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam), dan berkeadilan ada dalam Pancasila. Ini semua tidak bertentangan dengan Islam," kata Gus Yahya menyampaikan perkataan Azyumardi yang diingatnya.
Menurut dia, di kalangan Islam tradisionalis, sumbangsih dari Azyumardi pun tampak jelas, di antaranya disertasi almarhum tentang jaringan ulama Timur Tengah dan kepulauan Nusantara pada abad ke-17 dan 18. Disertasi itu, kata Gus Yahya, adalah salah satu rujukan penting bagi wacana Islam Nusantara.
"Beliau juga selalu hadir saat diundang NU. Terakhir, beliau menghadiri acara internal Lakpesdam (Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia) PBNU di awal September 2022," katanya.
Selanjutnya, Gus Yahya juga mengemukakan bahwa perhatian dan kepedulian Azyumardi terhadap dunia Islam yang maju dan beradab dapat dirasakan semua kalangan, termasuk NU.
Oleh karena itu, dia menilai semua pihak, terutama keluarga besar NU, merasa kehilangan atas wafatnya Azyumardi.
"Semoga arwah beliau diterima di sisi Allah Swt.," ucap Gus Yahya.
Baca juga: Dubes Hermono akan antar jenazah Azyumardi Azra ke Tanah Air
Baca juga: Wasiat terakhir Azyumardi Azra
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022