• Beranda
  • Berita
  • Penggunaan masker masih penting meski pandemi terkendali

Penggunaan masker masih penting meski pandemi terkendali

20 September 2022 21:43 WIB
Penggunaan masker masih penting meski pandemi terkendali
Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman. (ANTARA/HO-Dokumen Pribadi).

Jadi jangan sampai ada anggapan di publik bahwa masker penentu akhir pandemi

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyampaikan penggunaan masker masih penting meski situasi pandemi COVID-19 di dalam negeri relatif terkendali.

"Bicara masker itu bicara suatu alat untuk memproteksi diri dari patogen yang bisa melalui udara, bukan hanya COVID-19, ada TBC, flu bahkan monkeypox (cacar monyet) memerlukan masker," ujar dia dihubungi di Jakarta, Selasa.

Ia menekankan memakai atau tidak memakai masker bukan penentu atau tanda pandemi akan berakhir.

"Jadi jangan sampai ada anggapan di publik bahwa masker penentu akhir pandemi," katanya.

Dicky yang juga Praktisi dan Peneliti Global Health Security itu, mengatakan suatu pandemi dapat berakhir atas tiga kondisi, pertama adalah imunitas yang terbentuk bersifat menetap dan jangka panjang.

Baca juga: Epidemiolog sebut pandemi berakhir paling lambat pertengahan 2023

Kedua, terdapat vaksin atau obat yang efektif dalam mencegah penyebaran, keparahan atau kematian akibat COVID-19, dan ketiga, karakter virus yang cenderung menurun sehingga risiko infeksi ke manusia rendah.

"Namun saat ini tidak terjadi pada COVID-19, tapi dampaknya menurun," katanya.

Secara terpisah, Ketua Satgas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) dr Erlina Burhan mengemukakan Indonesia sedang berada di jalur yang tepat menuju fase endemi.

"Menurut statistik, suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia, bahwa Indonesia salah satu negara yang baik pengendaliannya, karena terbukti angka kasus berada di kelompok yang terkontrol dibandingkan negara lain. Indonesia ada di jalur yang tepat," katanya.

Baca juga: Ahli: Vaksinasi hal penting di tengah peluang endemi

Erlina yang juga dokter dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI mengatakan WHO baru-baru ini menyatakan bahwa endemi telah di depan mata.

Salah satu indikatornya adalah angka kasus yang terus menurun di berbagai negara.

"Kurva penurunan harus flat, jangan bergelombang lagi. Itu dari segi kasusnya," katanya.

Selain itu, kata dia, angka kematian akibat COVID-19 di seluruh dunia juga perlu ditekan hingga angka terendah.

"Yang terpenting adalah, ada kondisi masyarakat mempunyai kekebalan cukup kalau ada virus yang masuk. Itu bisa didapatkan dari vaksinasi," katanya.

Baca juga: Vaksinasi lansia jadi bahan perhatian jelang endemi
Baca juga: Satgas IDI: Indonesia menuju jalur yang tepat menuju endemi

​​​​​​
 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022