• Beranda
  • Berita
  • Dokter: Makanan bersuhu ekstrim bukan penyebab gigi sensitif

Dokter: Makanan bersuhu ekstrim bukan penyebab gigi sensitif

21 September 2022 16:31 WIB
Dokter: Makanan bersuhu ekstrim bukan penyebab gigi sensitif
Ilustrasi - Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Pekalongan Inggit Soraya (tengah) menunjukkan cara menggosok gigi dengan benar kepada pelajar Sekolah Dasar (SD) saat mengikuti gerakan sikat gigi bersama di SD IT Ulul Albab, Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (13/9/2022). . ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra

Dosen Klinis Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman drg. Victoria Dewanti Arifiana mengatakan makanan dan minuman dengan suhu ekstrim bukan penyebab gigi sensitif, melainkan pemicu rasa ngilu pada gigi yang sensitif.

“Secara umum, gigi sensitif disebabkan oleh dua hal. Pertama, terkikisnya bagian lapisan terluar gigi (email), yang kemudian membuat bagian dentin (lapisan kedua dari gigi) tidak terlindungi,” ucap dokter Victoria saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Selain itu resesi gusi atau gusi turun yang menyebabkan akar gigi terekspos menyebabkan gigi mudah terasa ngilu apabila terkena rangsangan dingin. Ia menyarankan agar tidak terlalu berlebihan dalam mengonsumsi makanan panas atau dingin.

“Resesi gusi bisa disebabkan oleh proses menyikat gigi yang tidak tepat seperti terlalu keras atau penumpukan plak atau karang gigi karena proses penyikatan gigi yang tidak maksimal atau jarang menyikat gigi,” ujarnya.

Baca juga: Pemkot Jaksel kampanyekan kebiasaan sikat gigi untuk cegah karies

Baca juga: PKK Bangka Barat giatkan edukasi jaga kesehatan gigi anak

Dokter yang akrab disapa Viki itu mengatakan perawatan yang tepat untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut adalah dengan rutin menyikat gigi minimal dua kali sehari dan memeriksakan ke dokter gigi enam bulan sekali meskipun tidak ada keluhan.

“Jarang menyikat gigi menimbulkan adanya karies atau gigi berlubang atau plak yang akan menyebabkan karang gigi,” ucap drg. Victoria.

Pembersihan karang gigi yang rutin setiap enam bulan sekali menghindari efek korinis seperti gigi goyang dan gigi berlubang. Jika tidak segera ditambal bisa menjadi peradangan dan menjadi infeksi yang tambah meluas ke penyakit-penyakit lain.

“Kalau rajin kontrol kan pasti dokter gigi akan melihat kondisi per enam bulan sudah bersih belum karangnya, kalau ada kita bersihkan. Kalau ada karies bisa dilakukan tindakan pencegahan,” ucap drg. Victoria.

Menurutnya, selama ini kesadaran masyarakat akan Kesehatan gigi dan mulut terus meningkat dilihat dari persentase pasien di klinik dan edukasi dari media sosial.

“Akhir-akhir ini sudah mulai banyak yang sadar akan pentingnya kebersihan rongga mulut. Mungkin sekarang jaman sosial media juga, banyak edukasi yang mereka dengar juga tentang bahayanya bila kita tidak melakukan atau merawat kebersihan gigi dan mulut kita sendiri,” ucapnya.*
Baca juga: Sebanyak 2.836 siswa SD di Gowa ikut gerakan gigi sehat

Baca juga: 32.255 siswa Kaltim lakukan sikat gigi massal

 

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022