Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dr. Oktavia Lilyasari, SpJP(K), FIHA mengatakan cara mengenali penyakit jantung bawaan (PJB) pada bayi baru lahir dapat melalui gejala seperti sulitnya dia menyusu, napasnya cepat, biru dan berkeringat dingin.kalau berlanjut lebih lama akan timbul jari jendol-jendol seperti tabung dan biru
Kemudian pada anak usia satu bulan ke atas, gejala mencakup seringnya dia tersedak atau terputus saat menyusu, berat badan susah naik, gangguan tumbuh kembang, keluhan biru, infeksi saluran napas berulang dan keterbatasan melakukan aktivitas.
"Biru biasanya di mukosa bibir, mulut, kadang di bawah area mata, bibir warna ungu, kalau berlanjut lebih lama akan timbul jari jendol-jendol seperti tabung dan biru," jelas Oktavia
dalam sebuah acara daring, Kamis.
Baca juga: Nyeri dada luar biasa hebat jadi keluhan umum pasien serangan jantung
Tanda lainnya bising jantung saat pemeriksaan jantung, nadi lemah dan ekstremitas teraba dingin.
Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik dan beberapa pemeriksaan penunjang seperti rekam jantung, rontgen dada, pemeriksaan lanjutan berupa kateterisasi jantung.
Sementara pada remaja keluhannya antara lain mudah lelah, sesak napas, sering terbangun karena sesak, sakit dada, berdebar, pingsan serta bengkak di bagian perut dan kaki.
Berbicara faktor risiko PJB, antara lain kelainan gen, riwayat keluarga dengan PJB, sindroma-sindroma tertentu dan faktor ibu seperti mengalami penyakit rubella, toksoplasma, mengalami diabetes, sering menggunakan obat yang tidak direkomendasikan dokter kandungan, kebiasaan minum beralkohol, terpapar radiasi dan merokok.
Oktavia mengatakan sekitar 30 persen penyakit jantung bawaan dapat temukan pada bulan-bulan pertama kehidupan. Oleh karena itu, maka deteksi dini penting kemudian melakukan proses rujukan untuk mendapatkan diagnosis konfirmasi dengan jelas.
"Masalah terutama di negara berkembang keterlambatan diagnosis. Sebuah jurnal tahun 2016 menyebutkan sekitar 85,1 persen kasus PJB terlambat didiagnosis. Kalau terlambat kemungkinan tata laksana juga akan terlambat," kata dia.
Baca juga: Dokter: Kurang bergerak bisa tingkatkan risiko gangguan jantung
Baca juga: Dokter jelaskan dua jenis skrining deteksi penyakit jantung bawaan
Baca juga: Dokter: Usia pasien serangan jantung Indonesia lebih muda dari Eropa
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022