Harga minyak menguat di awal perdagangan Asia pada Jumat pagi, karena prospek bahwa perjanjian nuklir Iran yang macet dan mobilisasi pasukan cadangan militer Moskow dalam invasi Ukraina akan lebih membatasi pasokan global.Minyak mentah berjangka Brent terangkat 16 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 90,62 dolar AS per barel
Minyak mentah berjangka Brent terangkat 16 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 90,62 dolar AS per barel pada pukul 00.20 GMT, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 22 sen menjadi diperdagangkan di 83,71 dolar AS per barel.
Minyak sedikit menguat setelah seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 telah terhenti karena desakan Teheran tentang penutupan penyelidikan pengawas nuklir PBB.
"Kami telah menabrak dinding" karena sikap Iran, pejabat AS mengatakan kepada wartawan di sela sidang Majelis Umum PBB, menambahkan bahwa tidak ada yang terjadi minggu ini yang menunjukkan Iran bersedia mengubah posisinya. Pernyataan itu meredakan harapan akan kebangkitan minyak mentah Iran.
Harga juga didukung oleh keputusan Moskow untuk terus maju dengan wajib militer terbesarnya sejak Perang Dunia Kedua, meningkatkan kekhawatiran bahwa peningkatan perang di Ukraina akan terus memperketat pasokan minyak.
Rebound permintaan minyak mentah di China, yang merupakan importir minyak terbesar di dunia, memberikan dukungan kepada harga minyak mentah.
Kenaikan suku bunga bank-bank sentral, termasuk kenaikan 75 basis poin Federal Reserve AS pada Rabu (21/9/2022), bersama dengan kenaikan oleh bank sentral Swiss, bank sentral Norwegia, bank sentral Indonesia dan bank sentral Inggris membatasi kenaikan harga minyak, karena meningkatkan kemungkinan perlambatan ekonomi yang akan mengikis permintaan bahan bakar.
Baca juga: Minyak "rebound" setelah sesi suram dipicu kekhawatiran pasokan Rusia
Baca juga: Harga minyak naik di Asia, pasokan ketat lampaui kekhawatiran resesi
Baca juga: Minyak jatuh di Asia, karena bunga Fed naik, kekhawatiran permintaan
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022