• Beranda
  • Berita
  • Menparekraf: Bali harus jadi pusat pengembangan pendidikan pariwisata

Menparekraf: Bali harus jadi pusat pengembangan pendidikan pariwisata

23 September 2022 20:54 WIB
Menparekraf: Bali harus jadi pusat pengembangan pendidikan pariwisata
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno. ANTARA/HO-Kemenparekraf

Bali sudah dikenal dengan Desa Penglipuran yang kualitasnya kelas dunia, kita harapkan dengan pengembangan ini akan menyusul desa-desa wisata lain dari Bali.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, Bali, diupayakan menjadi pusat pengembangan pendidikan atau center of excellence pariwisata bagi daerah lain termasuk dalam pengembangan desa wisata berkualitas dan berkelanjutan yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat.

Rencana tersebut tidak terlepas dari keunggulan serta daya tarik pariwisata dan ekonomi kreatif yang dimiliki oleh Provinsi Bali.

"Bali sudah dikenal dengan Desa Penglipuran yang kualitasnya kelas dunia, kita harapkan dengan pengembangan ini akan menyusul desa-desa wisata lain dari Bali," kata Menparekraf Sandiaga Uno pada seminar dan working group bertema "Building World-Class Green and Sustainable Tourism Village for Bali’s Recovery and Transformation through Social Innovation" di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Jumat.

Baca juga: Indonesia-Fiji jalin kerja sama pengembangan pariwisata

Menurut dia, Bali tidak hanya sebagai episentrum desa wisata, tapi juga harus jadi center of excellence dalam pengelolaan desa wisata.

Bali harus dapat berkembang lebih jauh. Tidak hanya sebagai destinasi, namun juga sebagai center of excellence dalam kaitannya dengan pengembangan pariwisata.

Bali selama ini telah dikenal dalam penerapan konsep kosmologi Tri Hita Karana yang merupakan falsafah hidup tangguh dengan konsep yang dapat melestarikan keanekaragaman budaya dan lingkungan di tengah hantaman globalisasi dan homogenisasi.

Dalam konsep tersebut, ditekankan hubungan antara sesama manusia, alam, dan hubungan dengan Tuhan yang saling terkait satu sama lain.

"Konsep gotong royong dan kelestarian lingkungan atau sustainable ini harus terus kita jaga dan bangun, terutama di Bali dengan Tri Hita Karana di mana konsep ini erat kaitannya untuk membangun sosial ekonomi," katanya.

Menparekraf Sandiaga Uno menjelaskan, belajar dari pandemi COVID-19, ketidakpastian pada sektor pariwisata mendorong sektor pariwisata dan ekonomi kreatif untuk menggeser paradigma pengembangan ke arah keberlanjutan dari segala aspek.

Baca juga: Bali Tourism Board: harga tiket jadi penghambat pemulihan pariwisata

Fokus empat pilar dikembangkan Kemenparekraf dalam mewujudkan keberlanjutan yaitu pengelolaan berkelanjutan (bisnis pariwisata), ekonomi berkelanjutan (sosio-ekonomi) jangka panjang, keberlanjutan budaya (sustainable culture) yang harus selalu dikembangkan dan dijaga, serta aspek lingkungan (environment sustainability).

Menurutnya, desa wisata, memiliki kekuatan besar dalam mewujudkan empat pilar pengelolaan berkelanjutan tersebut. Desa wisata terbukti menjadi salah satu pilar penopang ekonomi masyarakat.

Di tengah pandemi, tingkat kunjungan ke desa wisata justru meningkat 300 persen. Hal itu tidak lepas dari daya tarik pariwisata berkualitas dan berkelanjutan dari desa wisata.

"Kita mengalami turbulence time yang cukup tinggi. Saat ini kita dihadapkan dengan inflasi dan tahun depan ancaman resesi. Teman-teman desa wisata harus fokus pada pengembangan masyarakat karena dengan itu kita bisa melewati itu semua," ungkap Menparekraf Sandiaga.

Baca juga: Wagub Bali dorong PATA ikut jaga pariwisata tetap berkualitas

Ia menambahkan, Kemenparekraf terus mendorong pengembangan desa wisata di mana masyarakat didorong untuk menjadi pelaku utama kegiatan kepariwisataan dengan program-program yang melibatkan generasi muda, merangkul skema dukungan Kementerian/Lembaga atau bahkan organisasi di luar pemerintah.

Kemenparekraf juga melakukan hingga program pendampingan bersama local champion desa yang turut menggerakkan dan membangun sumber daya alam, budaya, dan seluruh anggota masyarakat desa wisata.

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022