• Beranda
  • Berita
  • Indonesia dan Rusia bahas peningkatan hubungan bilateral

Indonesia dan Rusia bahas peningkatan hubungan bilateral

26 September 2022 15:29 WIB
Indonesia dan Rusia bahas peningkatan hubungan bilateral
Arsip foto - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo Lantik Pergantian Antar Waktu Anggota MPR RI di Jakarta Senin (29/8/2022). (ANTARA/HO-mpr.go.id/pri)
Pemerintah Indonesia dan Rusia diagendakan membahas peningkatan hubungan bilateral dengan kunjungan Ketua Dewan Federasi Majelis Federal Rusia Valentina Ivanovna Matvienko ke Jakarta pada 6 Oktober 2022, kata Ketua MPR RI Bambang Soesatyo di Jakarta, Senin.

"Pertemuan tersebut sangat penting untuk membahas berbagai isu penting yang sedang terjadi di dunia, termasuk peningkatan hubungan Indonesia dengan Rusia," kata Bambang Soesatyo dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.

Dia menyebutkan sejumlah isu yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut antara lain upaya perdamaian Rusia dan Ukraina, peningkatan hubungan diplomatik antarparlemen Rusia dan Indonesia, serta peningkatan kerja sama di sektor investasi, perdagangan, pendidikan, dan pariwisata.

Bambang menegaskan sikap Indonesia tetap mengedepankan asas politik bebas aktif terkait situasi ketegangan antara Rusia dengan Ukraina.

Indonesia merupakan salah satu dari 141 negara yang mendukung resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk meminta Rusia menghentikan serangannya ke Ukraina. Hal itu, lanjutnya, bukan berarti Indonesia berpihak pada Ukraina, melainkan atas dasar kemanusiaan dan menolak perang.

Baca juga: Indonesia berharap tak ada senjata nuklir dalam perang Rusia-Ukraina

Walaupun mendukung resolusi, sikap Indonesia tetap mendorong adanya penegakan HAM di wilayah konflik dan penyelesaian melalui dialog dan diplomasi

Pada pemungutan suara di Majelis Umum PBB pada 7 April 2022 mengenai pembekuan Rusia dari keanggotaan Dewan HAM, kata Bambang, delegasi Indonesia memutuskan abstain. Pertimbangannya, Majelis Umum PBB perlu bersikap hati-hati dan tidak mencabut hak sah anggotanya sebelum memiliki seluruh fakta yang ada.

"Majelis Umum PBB tidak boleh menciptakan preseden negatif yang dapat menjatuhkan kredibilitasnya sebagai badan yang terhormat," katanya.

Penyelesaian ketegangan Rusia dan Ukraina memerlukan dukungan dari negara-negara barat, Eropa, bahkan Asia. Berbagai negara di dunia lainnya juga harus turut membantu dan mendorong penyelesaian ketegangan kedua negara, termasuk mewaspadai jangan sampai ada pihak-pihak yang memperkeruh situasi.

Baca juga: Dubes Ukraina berharap Indonesia bantu minoritas Muslim Tatar

Berbagai proses menuju perdamaian sebenarnya juga telah dilakukan, salah satunya ialah Turki berperan lima kali menjadi tuan rumah perundingan pertemuan Rusia dan Ukraina.

Bahkan, Rusia dan Ukraina menandatangani perjanjian terpisah dengan Turki dan PBB untuk membuka jalan bagi Ukraina yang merupakan salah satu lumbung pangan utama dunia agar mengekspor 22 juta ton biji-bijian serta barang pertanian lainnya.

Bambang mengatakan hubungan bilateral antara Rusia dengan Indonesia telah terjalin baik sejak 1956. Rusia menjadi salah satu mitra penting bagi Indonesia. Selain itu, nilai investasi langsung Rusia di Indonesia pada 2020 tercatat sebesar US dolar 4,6 juta dengan 202 proyek yang sebagian besar di sektor industri kimia dan farmasi.

Baca juga: Bamsoet: MPR segera bersurat ke DPD terkait pergantian Fadel Muhammad

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022