Kurator Mikke Susanto menyatakan bahwa pameran Basoeki Abdullah Art Award (BAAA) keempat tahun 2022 telah melahirkan cara pandang baru bagi masyarakat dalam mengartikan dan menilai kata ideologi.
“Kata ideologi ini sering dipakai terhadap perspektifnya wilayah, filsafat ataupun gerakan-gerakan kebangsaan. Dari sanalah kemudian kami berlanjut sepakat para seniman diminta untuk bisa merespons apa dan bagaimana sebenarnya kata kunci ini berkembang lebih lanjut,” kata Mikke saat ditemui ANTARA usai acara Basoeki Abdullah Art Award 2022 di Jakarta, Senin.
Mikke menuturkan, dalam pameran karya seni BAAA 2022 yang memiliki tema “Ideolog: Kini, Tokoh, dan Bangsa” tersebut, para perupa muda dituntut untuk memikirkan dan menuangkan kembali konteks sebenarnya dari kata ideolog ke dalam karya seni yang beraneka macam bentuk.
Baca juga: Kemendikbudristek: Karya seni bukti perupa beradaptasi dengan kemajuan
"Dari 175 proposal yang diterima oleh panitia, hanya 25 karya yang berhasil masuk tahap seleksi dan lima di antaranya menjadi pemenang. Karya-karya seni itu berhasil mengemas makna ideolog ke dalam bentuk yang ciamik dan menarik bagi masyarakat masa kini," katanya.
Beberapa di antaranya menggunakan media kanvas dan cat akrilik, sementara yang lainnya menggambarkan kata ideolog sebagai seorang tokoh pejuang yang ditorehkan dalam guratan cermin serta tumpukan buku.
Mikke sebagai salah satu dewan juri dalam BAAA 2022 mengaku, dewan juri sempat kesulitan untuk menentukan karya-karya terbaik yang akan disandingkan bersama dengan karya lukisan potret milik Maestro Pelukis Indonesia Basoeki Abdullah.
Namun berdasarkan kesepakatan bersama, 25 karya seni yang terpilih telah dinilai dan dibagi ke dalam tiga sub-kurasi. Pertama terkait potret dari tokoh yang digambarkan oleh perupa muda.
Baca juga: Museum Basoeki Abdullah gelar BAAA 2022 gali pemahaman ideologi pemuda
Mikke mengatakan perupa dituntut untuk menggambarkan secara formal nilai ideologi yang melekat pada sosok tokoh tersebut. Para perupa kemudian bisa menggambarnya langsung dalam bentuk wajah, maupun sosoknya secara utuh.
Kedua, dewan juri tidak hanya menilai nilai yang terkandung dalam penggambaran kata ideologi itu saja. Melainkan juga melihat nilai filosofi, sosial, sejarah serta estetika yang muncul dalam karya-karya seni tersebut.
“Terus yang ketiga adalah kontekstualitas, bagaimana sih ideolog atau pahlawan atau tokoh itu dimanifestasi hari ini, ke sekarang. Kalau dua hal yang sebelumnya tidak terlalu dituntut nilai-nilai kekiniannya. Tapi yang ketiga ini lebih kepada kontekstualitas hari ini,” ujarnya.
Menurut Mikke, makna ideolog yang dituangkan ke dalam karya seni oleh para perupa muda, dapat melahirkan banyak pemikiran baru dari sudut pandang berbeda. Sebab dalam sebuah karya, pasti terkandung pula aspek historis, sosiologis maupun antropologis.
Baca juga: Kurator: Basoeki Abdullah seperti mata air bagi perupa muda
“Pelukis bisa jadi wakil rakyat. Dia implementasikan ke karya seni yang abadi dan dilihat banyak orang, ini yang menjadi catatan bagi siapa pun. Jadi harus hati-hati pada pelukis,” ucap Mikke.
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022