• Beranda
  • Berita
  • Indonesia akan pimpin ASEAN 2023 dengan paradigma kolaborasi

Indonesia akan pimpin ASEAN 2023 dengan paradigma kolaborasi

27 September 2022 09:21 WIB
Indonesia akan pimpin ASEAN 2023 dengan paradigma kolaborasi
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan pidato pada Sidang Majelis Umum PBB ke-77 di New York, Amerika Serikat pada Senin (26/9/2022). ANTARA/HO-Kemenlu RI.

Adalah komitmen Indonesia untuk memperkuat sentralitas ASEAN dalam membentuk tatanan regional di Indo-Pasifik...

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, saat menyampaikan pidato pada Sidang Majelis Umum PBB ke-77, mengatakan bahwa paradigma kolaborasi akan menjadi pedoman kepemimpinan Indonesia di ASEAN pada 2023.

"ASEAN adalah contoh di mana paradigma kolaborasi selalu dikedepankan. Dengan semangat itulah, Indonesia akan memimpin ASEAN sebagai Ketua tahun depan," kata Menlu Retno, seperti disampaikan dalam keterangan Kementerian Luar Negeri pada Selasa.

Menurut Retno, Indonesia berkomitmen untuk memperkuat persatuan dan sentralitas ASEAN agar Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara itu tetap menjadi relevan dan penting bagi rakyat, kawasan, dan dunia.

"Adalah komitmen Indonesia untuk memperkuat sentralitas ASEAN dalam membentuk tatanan regional di Indo-Pasifik ... menempa persatuan sebagai lokomotif perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan ... dan untuk memastikan ASEAN penting bagi rakyat kita, bagi kawasan, dan bagi dunia," ujarnya.

Baca juga: Thailand dukung Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023

Dalam pidatonya, Menlu Retno mengungkapkan keprihatinan bahwa di banyak kawasan, arsitektur regional pascaperang dibangun sebagai alat untuk mempengaruhi  dan mengucilkan negara atau pihak tertentu.

"Fenomena ini berlanjut hari ini dengan pengelompokan mini-lateral. Banyak yang menjadi bagian dari perang proksi antara negara-negara besar. Ini bukanlah arsitektur regional yang seharusnya," ucapnya.

Retno menegaskan bahwa arsitektur regional seharusnya berfungsi sebagai blok pembangun untuk perdamaian dan stabilitas, dan bukan untuk merusak.

"ASEAN dibangun tepat untuk tujuan ini. Kami menolak menjadi pion dalam Perang Dingin yang baru. Sebaliknya, kami secara aktif mempromosikan paradigma kolaborasi dengan semua negara," ujar Menlu Retno.

Dia menambahkan bahwa ASEAN juga akan terus serius dalam menyikapi dan menangani situasi di Myanmar.

Menlu Retno menyampaikan bahwa Indonesia sangat prihatin dengan kurangnya komitmen pihak militer Myanmar dalam menerapkan Konsensus Lima Poin.

Kelima poin konsensus yang disepakati Myanmar dengan para pemimpin ASEAN adalah pengakhiran segera kekerasan di Myanmar, dialog antara semua pihak terkait, penunjukan utusan khusus, penyaluran bantuan kemanusiaan oleh ASEAN untuk Myanmar, dan kunjungan utusan khusus ASEAN ke Myanmar untuk bertemu dengan semua pihak.

Pada kesempatan itu, Menlu Retno pun menekankan bahwa ASEAN harus terus bergerak maju dan tidak "tersandera" oleh situasi di Myanmar.

"ASEAN harus terus maju dan tidak tersandera oleh situasi di Myanmar. Dukungan dari komunitas internasional, khususnya negara-negara tetangga Myanmar, sangat penting untuk mengembalikan demokrasi di Myanmar," kata Retno.

Di kawasan Pasifik, menurut dia, Indonesia akan terus memperkuat kerja sama dengan negara-negara Pasifik.

"Kami akan bekerja sama untuk mengatasi tantangan bersama, termasuk penanganan perubahan iklim. Sebagai negara Pasifik, kami ingin melihat Pasifik sebagai bagian integral dari Indo-Pasifik yang damai, stabil, dan sejahtera," ujar Retno.

Baca juga: Para menlu ASEAN bertemu di New York dan bahas persiapan KTT
Baca juga: Menlu Retno pimpin pertemuan Indonesia-Australia-Timor Leste

Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022