• Beranda
  • Berita
  • Pound sterling Inggris dekati rekor terendah di pasar Asia

Pound sterling Inggris dekati rekor terendah di pasar Asia

28 September 2022 08:36 WIB
Pound sterling Inggris dekati rekor terendah di pasar Asia
Ilustrasi - Mata uang Amerika Serikat dolar dan Inggris pound sterling. ANTARA/REUTERS/Thomas White/am.
Pound sterling mendekam di dekat rekor terendah pada awal perdagangan di Asia pada Rabu pagi, di tengah kekhawatiran yang berkepanjangan atas pemotongan pajak radikal Inggris untuk memacu pertumbuhan, sementara dolar naik tipis setelah imbal hasil obligasi pemerintah melonjak semalam.

Sterling turun 0,4 persen menjadi 1,0693 dolar di awal sesi Asia, menyusul sedikit kenaikan 0,4 persen di sesi sebelumnya, masih mengalami kerugian yang dalam setelah meluncur ke level terendah sepanjang masa di 1,0327 dolar pada awal pekan.

Kepala Ekonom bank sentral Inggris (BoE) Huw Pill mengatakan semalam bahwa bank sentral kemungkinan akan memberikan "respons kebijakan yang signifikan" untuk pemotongan pajak besar menteri keuangan Kwasi Kwarteng.

Namun dia menambahkan bahwa bank sentral ingin menunggu sampai pertemuan yang dijadwalkan berikutnya pada November sebelum mengambil langkah, meredam spekulasi pasar tentang potensi kenaikan suku bunga antar pertemuan.

"Setiap komentar tentang jalur kebijakan bank sentral Inggris dari sini serta rencana fiskal Inggris pasti akan diawasi dengan ketat, tetapi untuk jangka pendek saya pikir sterling akan tetap cukup lemah dari sini," kata Carol Kong, rekan senior untuk ekonomi internasional dan strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia.

"Pada dasarnya ini adalah krisis kepercayaan. Terserah pemerintah Inggris untuk menyelesaikan ini ... daripada bank sentral Inggris."

Sementara itu, dolar berdiri di dekat level tertinggi dua dekade terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, ketika indeks dolar AS naik 0,18 persen menjadi 114,35, mendekati puncak 114,58 yang dicapai pada Senin (26/9/2022).

Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun dan imbal hasil 30-tahun naik ke tonggak baru semalam, setelah pejabat Federal Reserve mengulangi sikap hawkish bank sentral.

"Kekuatan dolar benar-benar melampaui banyak ekspektasi para peramal untuk tahun ini, dan kemungkinan akan tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama," kata Kong.

Euro turun 0,2 persen menjadi 0,95735 dolar, sedangkan Aussie turun 0,1 persen menjadi 0,6428 dolar AS. Kiwi Selandia Baru jatuh ke level terendah baru 2,5 tahun di 0,56165 dolar AS.

Dalam gejolak terbaru dalam krisis gas zona euro dan peningkatan ketegangan geopolitik, Eropa pada Selasa (27/9/2022) menyelidiki apa yang dikatakan Jerman, Denmark dan Swedia sebagai serangan yang menyebabkan kebocoran besar ke Laut Baltik dari dua pipa gas Rusia di tengah kebuntuan energi.

Di Asia, yen Jepang berdiri tidak nyaman di dekat palung 24 tahun di 144,79 per dolar menyusul lonjakan imbal hasil obligasi AS semalam, karena pasangan dolar-yen cenderung melacak selisih imbal hasil jangka panjang antara obligasi pemerintah AS dan Jepang. Ini telah sedikit terbantu oleh intervensi dari Jepang untuk menopang mata uang rapuh minggu lalu.

"Apa yang benar-benar akan mengubah nilai yen adalah jika bank sentral Jepang menyerah atau mengatur ulang kebijakan kontrol kurva imbal hasil mereka," kata Pablo Calderini, kepala investasi di hedge fund Graham Capital.

"Selama Anda mempertahankan perbedaan suku bunga 4,0 persen, akan sangat sulit untuk melihat apresiasi yen yang signifikan."


Baca juga: Pound "rebound" di sesi Asia karena pedagang beralih ke respons BOE
Baca juga: Penurunan pound berhenti di Asia, investor tunggu respons kebijakan
Baca juga: Euro, sterling jatuh saat data aktivitas bisnis lemah, dolar melonjak

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022