Setelah menang 3-2 di Bandung, akhir pekan lalu dan kemudian pada Selasa malam menang 2-1 di Bogor, menurut laman football-ranking, poin peringkat timnas putra Indonesia diperkirakan bertambah 14,71 menjadi 1.033, 90 poin.
Dengan poin sebesar itu peringkat Indonesia pun diperkirakan naik tiga tempat, menjadi berperingkat 152, sehingga persis di bawah Kuwait dan Malaysia.
Kemenangan atas Curacao juga menyingkapkan fakta lain bahwa Indonesia bisa mengatasi kendala besar kala menghadapi lawan-lawan berpostur tubuh tinggi.
Sebaliknya dengan permainan menekan, Indonesia membuat Curacao tak bisa mengapitalisasi keunggulan postur tubuh dan juga kesulitan mengembangkan permainan yang bahkan terpancing emosinya.
Pada dua pertandingan melawan Curacao dalam jangka empat hari ini, timnas bermain ngotot, agresif dan penuh percaya diri, sehingga tidak saja membuat pelatih Shin Tae-yong senang skuadnya telah memahami keinginannya, namun juga membuat masyarakat Indonesia bertambah yakin, timnas bisa meraih prestasi lebih tinggi lagi.
Pengalaman melawan Curacao juga memberikan wawasan tambahan mengenai bagaimana menghadapi tim yang memiliki orientasi sepak bola lebih baru dari pada yang sebelum ini dihadapi Indonesia.
Berpostur tubuh rata-rata lebih tinggi dari kebanyakan pemain Indonesia dan memiliki teknik yang ditulari gaya sepak bola Eropa, khususnya Belanda, Tim Curacao telah membuat visi dan pengalaman timnas Indonesia semakin kaya yang bisa membuatnya semakin matang.
Ini penting bagi Indonesia, terutama dalam kaitannya dengan Piala Asia 2023, di mana Indonesia juga kemungkinan besar menghadapi tim-tim berpostur tinggi yang cenderung mengeksploitasi kelebihan posturnya manakala menghadapi lawan dengan postur berbeda.
Tetapi dari pertandingan melawan Curacao itu, timnas dan Shin Tae-yong terlihat sudah menemukan cara mengatasi masalah postur.
Terus menekan tak membiarkan lawan menguasai bola, umpan-umpan pendek dalam transisi yang cepat, tak segan beradu fisik dan sigap mengisi ruang permainan, adalah bagian dari cara mengatasi kekurangan fisik itu atau jika tinggi badan dianggap kelemahan.
Salah satu contohnya adalah bagaimana bek sayap Yakob Sayuri berulang kali sukses menutup celah dalam lini pertahanan Indonesia manakala duo bek tengah, khususnya Elkan Baggott, maju membantu serangan.
Skenario grup
Sebaliknya, Baggott teruji memiliki visi bermain yang bagus dan tahu bagaimana harus mengoptimalkan kelebihan posturnya, dengan beberapa kali turut menusuk lawan ketika lawan fokus kepada tim serang Indonesia.
Gol kedua Indonesia tak lepas dari visi bermain Baggott ketika dia merangsek menembus inti pertahanan Curacao yang membuat Witan Sulaeman memiliki ruang bermanuver guna mengelabui Nathangelo Markelo dan kemudian Cuco Martina, saat bersamaan membuat Dendy Sulistyawan tak terjaga kala menuntaskan umpan silang Witan menjadi gol penentu kemenangan Indonesia.
Secara umum, visi bermain tim semakin tajam karena menurunkan skema bermain yang dijabarkan pelatih, bukan sebagai reaksi dari strategi yang dipasang lawan atau situasi yang berkembang di lapangan.
Itu oleh-oleh penting lainnya dari laga persahabatan melawan Curacao yang sangat berharga untuk bekal kala menghadapi laga-laga dan turnamen-turnamen lain, termasuk Piala Asia 2023.
Dalam konteks Piala Asia 2023, Indonesia akan memasuki ajang ini dengan bekal peringkat FIFA paling rendah dibandingkan dengan 23 tim lainnya dalam turnamen yang venue-nya belum ditentukan setelah China mundur menjadi tuan rumah tersebut.
Indonesia juga berpotensi berada dalam satu grup bersama tim-tim berpostur lebih tinggi.
Saat ini Indonesia berada di Pot 4 bersama India, Tajikistan, Thailand, Hong Kong, dan Malaysia yang berperingkat antara 104 sampai 152.
Nantinya Indonesia akan satu grup dengan salah satu tim dari tiga pot lain yang semuanya berperingkat di bawah 100, kecuali Lebanon.
Indonesia akan satu grup dengan salah satu wakil Pot 3 yang hampir semuanya memiliki peringkat di bawah Curacao, kecuali Uzbekistan yang berperingkat 77. Tim-tim itu adalah Lebanon (100), Bahrain (85), Yordania (86), Palestina (94) dan Kyrgystan (95).
Calon lawan Indonesia dalam fase grup lainnya adalah salah satu tim dari Pot 2 yang dua di antaranya berperingkat di bawah Curacao.
Di sini, salah satu dari Uni Emirat Arab (69), Iraq (70), Oman (75), China (78), Suriah (89) atau Vietnam (97) akan menjadi lawan Indonesia dalam fase grup.
Sebaliknya dari Pot 1, Indonesia mungkin sangat sulit memetik hasil meyakinkan karena penghuni pot ini adalah tim-tim berperingkat teratas di Asia.
Mereka adalah Iran (23), Jepang (24), Korea Selatan (28), Australia (39), Qatar (49), dan Arab Saudi (53).
Tak mustahil
Tetapi bola itu bundar. Apa pun bisa terjadi.
Dengan mengalahkan Curacao yang berperingkat 84, secara teoritis Indonesia bisa mengalahkan tim-tim Piala Asia 2023 yang berada di bawah peringkat Curacao, termasuk Yordania yang mengalahkan Indonesia 0-1 dalam babak penyisihan Piala Asia 2023 di Kuwait pada 11 Juni tahun ini.
Kemenangan atas Curacao sendiri membuat kepercayaan diri pemain-pemain Indonesia bertambah.
Harap diingat pula, Indonesia saat ini dilatih oleh orang yang pernah membuat tim berperingkat jauh lebih tinggi menjadi tidak ada apa-apanya ketika Shin Tae-yong memimpin Korea Selatan membungkam Jerman 2-0 dalam Piala Dunia 2018 pada 27 Juni tahun itu.
Di sini Shin terlihat sebagai pelatih yang menyukai tantangan dan sekaligus ambisius, bahwa siapa pun bisa dikalahkan. Mentalitas ini tengah dia tularkan kepada semua skuad yang dilatihnya saat ini di Indonesia.
Sementara itu, waktu yang masih panjang yang bisa diisi dengan laga-laga bermutu menghadapi tim-tim berkualitas baik dan berperingkat tinggi lainnya bisa membuat Indonesia semakin baik, kuat dan solid.
Sedangkan seleksi pemain yang tepat sasaran dan latihan intensif yang matang, membuat hal yang sebelum ini terlihat mustahil menjadi mungkin terjadi dalam Piala Asia tahun depan.
Resep Shin sendiri secara umum terlihat ampuh, termasuk dalam merekrut pemain-pemain yang kaya pengalaman bertanding di luar negeri, khususnya dari zona kompetitif, seperti Eropa.
Langkah dia sudah umum ditempuh tim-tim mana pun, termasuk tim bertradisi juara, seperti Brazil dan Argentina, yang tetap mengandalkan pemain-pemain yang berpengalaman bertarung di luar negeri, sekalipun liga domestik mereka tak kalah kompetitif.
Jadi, dalam soal ini, tak perlu lagi memperdebatkan dari mana asal pemain timnas karena yang lebih penting adalah kualitasnya terbukti baik di lapangan.
Lebih penting lagi adalah bagaimana memanfaatkan waktu delapan bulan sebelum Piala Asia 2023. Ini adalah jarak masa yang lebih dari cukup untuk mematangkan diri guna menjadi semakin kuat dan padu.
Perkembangan-perkembangan signifikan sangat mungkin terjadi dalam beberapa bulan ke depan sampai kemudian Indonesia bisa memasuki arena Piala Asia 2023 dengan keyakinan bahwa "Tidak ada yang tidak bisa dikalahkan".
Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022