“Pada 2022 pertumbuhan ekonomi mungkin sedikit di bawah 5 persen,” katanya dalam acara UOB Indonesia Economic Outlook di Jakarta, Kamis.
Enrico menjelaskan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan didorong oleh permintaan domestik terutama belanja masyarakat dan investasi sekaligus ekspor.
Ia mengatakan sejauh ini pertumbuhan ekspor sudah baik sehingga menjadi peluang bagi neraca perdagangan Indonesia yang telah mencatat rekor surplus mencapai 35,3 dolar miliar AS pada 2021.
Sementara untuk inflasi, Enrico memprediksi akan naik pada semester II-2022 dengan rata-rata mencapai 8 persen untuk periode September sampai Desember yang salah satunya akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
“Secara nilai tukar kita juga harus menerima fakta bahwa sementara dolar menguat dengan kenaikan suku bunga maka ini akan terus mencapai 15.300 sampai 15.400,” jelasnya.
Terakhir, Enrico turut memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 5,25 persen pada kuartal I-2023 dan 5,5 persen pada kuartal II-2023.
“BI rate akan naik 5 persen sampai 5,5 persen by the middle of the next year,” tegasnya.
Baca juga: Menkeu: Momentum pemulihan masih kuat, berikan daya tahan ekonomi RI
Baca juga: Jokowi sebut pertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggi di G20
Baca juga: Turut sokong ekonomi tumbuh, Menko Airlangga apresiasi kinerja emiten
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022