Pada pukul 07.11 GMT, rubel telah kehilangan 2,2 persen menjadi diperdagangkan pada 57,66 versus euro, terlemah sejak 26 September. Rubel melemah 0,1 persen terhadap dolar pada 58,99 dan telah merosot 0,6 persen terhadap yuan menjadi 8,25.
Rubel telah mengalami perubahan yang signifikan dalam beberapa sesi terakhir, terhambat oleh likuiditas yang terbatas dan kekhawatiran investor bahwa setiap sanksi baru atas tindakan Rusia di Ukraina dapat membatasi akses ke mata uang asing di Moskow.
Mata uang Rusia mencapai level tertinggi delapan tahun di 50,7250 terhadap euro pada Jumat (30/9/2022).
"Volatilitas perdagangan dolar dan terutama euro akan tetap tinggi," kata Alor Broker dalam sebuah catatan.
Kementerian keuangan membatalkan lelang obligasi pemerintah OFZ yang dijadwalkan Rabu, mengutip berlanjutnya volatilitas pasar keuangan.
Baca juga: Rubel dan saham Rusia menguat saat Putin akan umumkan aneksasi
Indeks saham Rusia juga jatuh.
"Faktor geopolitik belum kemana-mana, sehingga indeks akan dijepit dalam kisaran yang luas untuk beberapa waktu, namun bisa ada lonjakan jangka pendek di saham terpisah, khususnya di sektor minyak yang terkena harga minyak mentah yang lebih tinggi," kata BCS Global Markets dalam sebuah catatan.
Indeks RTS dalam denominasi dolar turun 1,0 persen, menjadi diperdagangkan di 1.089,3 poin. Indeks MOEX Rusia berbasis rubel turun 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 2.036,5 poin.
Harga minyak mentah Brent, patokan global untuk ekspor utama Rusia, naik 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 91,9 dolar AS per barel.
OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, tampaknya akan memangkas produksi minyak dalam jumlah besar ketika bertemu pada Rabu, membatasi pasokan di pasar yang sudah ketat meskipun ada tekanan dari Amerika Serikat dan di tempat lain untuk memompa lebih banyak produksi.
Baca juga: Harga minyak melonjak, OPEC+ pertimbangkan pangkas 1 juta barel/hari
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022