Guru Besar Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) Amin Soebandrio menyebut tingginya capaian tes COVID-19 menjadi penentu Indonesia berhasil menghadapi fase transisi dari pandemi menuju endemi.
“Semua harus punya kewaspadaan yang tidak boleh kurang, walaupun nanti sudah turun dari pandemi ke endemi, kita tidak boleh lebih santai dan tidak waspada, tetap harus waspada,” kata dia dalam Talkshow Akhir Pandemi di Depan Mata yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
Ia menuturkan di masa transisi dari pandemi ke endemi, keadaan jumlah testing di Indonesia justru semakin menurun dibandingkan dengan beberapa bulan lalu, saat banyak kasus dicurigai lebih banyak dari kasus-kasus yang dilaporkan.
Padahal di masa transisi seharusnya Indonesia bisa memperkuat kemampuan untuk memprediksi temuan atas kasus-kasus baru baik COVID-19 ataupun kejadian yang disebabkan oleh penyakit campuran lainnya yang mengancam semua pihak.
“Jadi surveilans atau upaya mendeteksi secara dini kejadian luar biasa ini harus ditingkatkan. Jangan sampai terjadi ledakan kasus, baru kita mencari. Prediksi, kemampuan untuk mendeteksi sekali lagi tidak hanya untuk COVID-19 dan tapi kita harus siap untuk itu,” ujar dia.
Amin menekankan peningkatan pelacakan juga harus diikuti dengan kemampuan masyarakat untuk merespons serta melaporkan temuan kasus baru secepat mungkin.
Apabila merasakan gejala, seperti batuk, pilek, dan demam, masyarakat harus segera memeriksakan diri meski hasil yang didapat nantinya bukan akibat COVID-19.
Baca juga: Epidemiolog: Perlu perbaikan beberapa aspek di masa transisi ke endemi
Bila seseorang terkena penyakit yang nampak tidak umum, masyarakat sekitar harus segera melaporkannya pada tenaga kesehatan supaya tidak ada penyakit baru yang telat untuk diantisipasi.
“Semua harus kita rencanakan di depannya baik bagi pengambil kebijakan maupun masyarakat harus terlibat secara keseluruhan,” katanya.
Terkait dengan pemantauan genom, Amin menjelaskan, kemajuan teknologi telah membantu Indonesia untuk mempelajari patogen sampai ke tingkat molekulernya. Setiap data rinci yang sama atau berbeda dapat segera diketahui.
Oleh karenanya, ia menyarankan kepada pemerintah untuk terus memfasilitasi semua laboratorium yang ada di Indonesia untuk terus meneliti. Hal itu dimaksudkan supaya setiap data bisa selalu diperbaharui.
“Kajian genomic itu harus dilakukan kajian yang sangat rutin. Upaya Kementerian Kesehatan dalam meningkatkan lab-lab di Indonesia terkait whole genome sequencing itu harus diapresiasi, tapi tidak hanya sampai berhenti di penyediaan alat,” kata dia.
Ia juga menyarankan pemerintah mulai memudahkan akses layanan antigen maupun PCR di semua tempat dalam masyarakat mulai dari sekolah maupun ruang publik.
“Ketika dia tidak bisa menjelaskan penyebab atas penyakitnya, maka setiap orang harus punya kewaspadaan tinggi untuk mencari penyebabnya. Jadi sekarang harus bisa antigen atau PCR dan itu diterapkan di semua lini masyarakat umum, sekolah atau tempat umum,” ujarnya.
Baca juga: Kemenkes imbau masyarakat segera vaksin booster menuju endemi COVID-19
Baca juga: Hati-hati memaknai akhir pandemi
Baca juga: Ma'ruf Amin: Pandemi COVID-19 di Indonesia mengarah ke endemi
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022