Kepala Balitbang Kementan Fadjry Djufry di Yogyakarta, Rabu, mengatakan sebanyak 400 peserta delegasi G20 dipertemukan dalam Regional Technical Workshop on Food Loss
and Waste (FLW)-MACS G20 itu.
"Ini pembicaraan antara para ilmuwan dulu seperti apa terobosan-terobosan mereka di negara mereka, nanti pengalaman terbaiknya apa untuk diterapkan," kata dia.
Workshop Teknis Regional Food Loss and Waste (FLW) saat ini diselenggarakan di Yogyakarta dengan tema "What Reduction on Food Loss and Waste can and must contributed to Sustainable Intensification".
Menurut Fadjry, kebutuhan pangan dunia pada tahun 2050 akan meningkat 50-100 persen sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk yang diperkirakan mencapai 9,7 miliar.
Baca juga: Regulasi pembentukan Badan Cadangan Logistik Strategis lewat Perpres
Berdasarkan data sensus penduduk Indonesia pada 2020 mencapai 270,2 juta jiwa, meningkat 32,56 juta jiwa dibandingkan sensus penduduk 2010.
Karena itu, menurut dia, tingginya food loss and waste menjadi tantangan seiring meningkatnya kebutuhan pangan untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk.
Sementara itu, untuk data terakhir food waste atau pangan terbuang Indonesia mencapai 344 kg per kapita per tahun.
Di Indonesia food lost atau pangan yang hilang sempat mencapai 15 persen dan kini mampu ditekan hingga 5 persen.
"Kalau bicara sampah pangan, Indonesia terbanyak kedua (ASEAN) dari bawah, yang pertama Saudi Arabia," ujarnya.
Baca juga: Menjaga keperkasaan pertanian, melanjutkan swasembada beras
Untuk mencari solusi, para ahli food loss and waste dari Jerman, Roma-Italia, Jepang, Thailand, Perancis, dan Indonesia dihadirkan, baik luring maupun daring.
Pada 6 Oktober 2022, acara dilanjutkan dengan kunjungan lapangan (fieldtrip) ke beberapa lokasi terkait pengurangan food loss and waste.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022