"Peran parlemen penting dalam membantu mewujudkan pemulihan dunia agar menjadi lebih hijau, inklusif dan berkelanjutan. Parlemen sebagai mitra pemerintah dapat mendukung agar komitmen terwujud dalam aksi nyata,” kata Puan di Jakarta, Kamis.
Puan Maharani menyampaikan hal itu saat memimpin sesi pertama sidang The 8th G20 Parliamentary Speakers Summit (P20) terkait isu iklim dan lingkungan dengan tema "Percepatan Pembangunan Berkelanjutan dan Ekonomi Hijau".
Dia mengatakan peran-peran itu dapat diwujudkan melalui aksi nyata, seperti pelaksanaan anggaran yang diarahkan agar bersinergi dengan pembangunan berkelanjutan, termasuk mengakselerasi transisi energi dan penanganan perubahan iklim.
Kemudian, mendukung kemitraan global bagi capacity building dan transfer teknologi bagi negara berkembang, serta implementasi komitmen pendanaan pembangunan bagi negara berkembang, termasuk komitmen pendanaan perubahan iklim 100 miliar dolar AS per tahun.
"G20 yang menguasai 85 persen ekonomi dunia tentunya dapat berdampak signifikan bagi kemajuan dunia jika melakukan aksi konkrit dan nyata," tuturnya.
Di tengah kondisi dunia yang masih rentan dalam upaya pemulihan dari pandemi COVID-19, tambah Puan, tantangan global menjadi semakin kompleks dengan keberadaan krisis multidimensi.
Krisis multidimensi tersebut mulai dari tekanan geopolitik, krisis pangan dan energi, stagnasi ekonomi, hingga tantangan perubahan iklim dan lingkungan.
Puan menyebut dampak buruk dari krisis multidimensi tersebut dirasakan secara global, terutama oleh negara-negara miskin.
Ketua DPR juga menyebut untuk pertama kalinya dalam 32 tahun, laporan Pembangunan Manusia PBB menunjukkan pembangunan manusia telah jatuh kembali ke tingkat tahun 2016, yang membalikkan sebagian besar pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) atau pembangunan berkelanjutan.
"Hal ini menunjukkan pentingnya kita meningkatkan aksi karena waktu untuk penuhi target SDGs kurang dari delapan tahun lagi sehingga saya memandang bahwa implementasi SDGs harus dipercepat dan ketahanan negara berkembang dalam hadapi krisis harus diperkuat," katanya.
Akibat krisis multidimensi itu, Puan menambahkan pendanaan yang dibutuhkan dalam pembangunan menjadi lebih banyak dari sebelumnya. Kesenjangan pembiayaan SDGs global pun meningkat dari 2,5 triliun dolar AS per tahunnya sebelum pandemi COVID-19, menjadi 4,2 triliun dolar pascapandemi.
"Saya melihat komitmen besar dari kita semua untuk mengakselerasi pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) dan mengimplementasi green economy meski dunia sedang menghadapi berbagai tantangan global," kata Puan.
Sesi pertama sidang P20 menghadirkan sejumlah pimpinan parlemen G20 sebagai pembicara, salah satu pembicara kunci adalah pimpinan parlemen Inggris Sir Lindsay Harvey Hoyle yang menyampaikan pentingnya upaya pencapaian SDGs melalui pembangunan hijau.
Kemudian ada juga Presiden Inter-Parliamentary Union (IPU) Duarte Pacheco dan pimpinan parlemen China Chen Zhu, serta Ketua BPK RI Isma Yatun yang juga ikut menjadi pembicara.
Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2022