• Beranda
  • Berita
  • Faktor penentu keberhasilan pengembangan padi hibrida di tanah air

Faktor penentu keberhasilan pengembangan padi hibrida di tanah air

7 Oktober 2022 09:26 WIB
Faktor penentu keberhasilan pengembangan padi hibrida di tanah air
Panen Benih Padi Seorang petani memanen benih padi di areal persawahan Desa Brondong, Pasekan, Indramayu, Jawa Barat. (FOTO ANTARA/Dedhez Anggara)
Studi terkait modernisasi benih padi hibrida nasional sepertinya terus berjalan. Banyak kegiatan yang telah ditempuh, baik melalui workshop atau pun kunjungan lapangan.

Pada 6 - 8 Oktober 2022 misalnya kembali digelar workshop yang dilaksanakan di Kota Medan, Sumatera Utara, dengan mengambil tema “Strategi Peningkatan Kinerja SDM Pertanian dalam Adopsi Padi Hibrida”.

Peningkatan kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) pertanian memang merupakan kata kunci keberhasilan dalam pengembangan program padi hibrida.

Tanpa adanya sumber daya manusia yang andal maka, omong kosong budidaya dan agribisnis padi hibrida akan berkembang seperti yang diharapkan. Itu sebabnya, workshop kali ini menjadi sangat penting untuk pengembangan dan prospek padi hibrida ke depan.

Begitu pun dengan adopsi teknologi dan inovasi bagi petani. Hal ini sangatlah penting, karena yang namanya padi hibrida di benak petani tidak seakrab dengan padi inhibrida.

Itu sebabnya, salah satu poin penting yang perlu dilakukan dengan segera adalah mengubah pola pikir petani agar mereka mulai mengenali dan memahami dengan baik apa itu yang disebut dengan padi hibrida.

Para petani perlu diberi bukti nyata, termasuk produksi dan produktivitas padi hibrida, yang memang benar-benar berbeda dengan padi inhibrida.

Untuk itu, penting dilakukan demontration plot (Demplot) atau demonstration farming (Demfarm) dengan melibatkan para petani dalam penggarapannya. Dengan kata lain, kampanye padi hibrida sudah harus dirumuskan sedemikian rupa, sehingga dipahami dengan benar oleh para petani di lapangan.

Workshop yang membahas peningkatan kinerja sumber daya manusia pertanian untuk mempercepat terjadinya adopsi teknologi dan inovasi bagi petani, diharapkan mampu melahirkan "terobosan cerdas" dalam upaya pengembangan padi hibrida di negeri ini.

Bapenas sebagai inisiator studi ini, tentu memiliki tujuan khusus, mengapa dari sisi perencanaan, pengembangan padi hibrida dijadikan alternatif untuk meningkatkan produksi padi nasional.

Pertanyaan kritisnya adalah apakah para penentu kebijakan cukup tertarik atau tidak, untuk menjadikan padi hibrida sebagai kebijakan strategis guna mempercepat peningkatan produksi dan produktivitas hasil pertanian secara lebih signifikan lagi.

Jawabannya tegas, mestinya iya. Sebab, agar semangat pembangunan pertanian tidak selesai hanya di taraf swasembada beras, maka perlu dipikirkan apa dan bagaimana langkah-langkah strategis supaya swasembada beras dapat lestari.

Membahas pelestarian swasembada beras, sepertinya juga akan lebih memiliki makna dari pada semua meributkan soal siapa dan dimana serta berapa biayanya untuk pembuatan Plakat Penghargaan Swasembada Beras yang diberikan International Rice Research Institute (IRRI) kepada Pemerintah Indonesia.


Kampanye Padi Hibrida

Pengembangan padi hibrida sendiri, dapat dijadikan alternatif untuk mempercepat tercapainya maksud tersebut.

Kampanye atau bisa juga lebih ditegaskan dengan kata "advokasi" tentang padi hibrida, tentu saja butuh pembahasan yang holistik dan komprehensif.

Jangan sampai penggarapan yang ditempuh, hanya sekadar menggugurkan kewajiban semata. Semua pihak ingin ada skenario kampanye/advokasi yang disiapkan melalui pendekatan teknokratik dan partisipatif dari segenap komponen bangsa. Dan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah atau akademisi semata.

Proses adopsi terkait kampanye padi hibrida sendiri, tentu akan melalui beberapa tahapan, sebelum para petani dapat menerima apa yang diajarkan kepada mereka.

Tahapan pertama dalam proses adopsi adalah menggugah kesadaran petani akan adanya sesuatu hal yang baru dalam kehidupan mereka. Mengubah kesadaran petani, bukan hal yang gampang. Saat ini, petani tidak lagi butuh janji, tapi yang dituntutnya adalah bukti nyata.

Akibatnya, wajar jika dalam tahapan berikutnya semua harus mengajak para petani untuk memiliki perhatian terhadap padi hibrida ini.

Perhatian akan timbul, manakala ada sesuatu hal yang menarik. Tugas berikutnya adalah melahirkan hal-hal apa saja yang bisa menarik perhatian petani terhadap padi hibrida itu sendiri. Kecerdasan dan kecerdikan amat dibutuhkan, agar petani tertarik terhadap padi hibrida.

Selanjutnya, seusai mereka sadar dan memiliki minat, tentu saja petani akan melakukan penilaian tersendiri terhadap untung rugi padi hibrida.

Ingat petani hari ini, harus disiapkan menjadi petani pengusaha dan bukan hanya tampil sebagai petani subsisten. Petani perlu dibekali dengan dunia bisnis beras dan tidak hanya dibekali dengan teknik-teknik budidaya belaka. Petani harus paham juga suasana pasar yang sedang tercipta.

Sebelum langkah mencoba yang merupakan tahapan berikutnya dari proses adopsi ini, petani bisa saja membatalkan kelanjutan proses adopsi, setelah mereka menilai banyak rugi ketimbang untung jika mereka mengusahakan padi hibrida.

Namun begitu, bagi mereka yang menilai banyak untung ketimbang rugi, bisa jadi akan terus mencoba untuk kemudian menerimanya sebagai sebuah inovasi dalam peningkatan produksi padi.

Proses adopsi akan sukses sekiranya mereka yang menyampaikan atau mengampanyekannya adalah orang tepat dan mengenali betul apa yang menjadi  kebutuhan (felt need) para petani.

Berdasar pengalaman, para penyuluh pertanian inilah yang paling tahu soal petani. Bukan saja penyuluh pertanian memiliki kehormatan dan tanggung jawab sebagai gurunya petani, penyuluh pertanian pun memiliki kewajiban memberi sinar terang kehidupan petani beserta keluarganya.

Persoalan selanjutnya apakah para penyuluh pertanian saat ini memiliki kapasitas dan kompetensi untuk membangun pola pikir padi hibrida di benak para petani? Atau, malah tidak, karena pemahaman dan pengetahuan penyuluh pertanian terhadap seluk beluk padi hibrida itu sendiri, masih relatif terbatas? Hal seperti inilah yang butuh jawaban jujur terhadap siapa yang menjawabnya.

Demikian beberapa catatan kritis terhadap pengembangan padi hibrida di negara ini, khususnya yang erat hubungannya dengan peningkatan kinerja Sumber Daya Manusia pertanian di samping adopsi inovasi/teknologi padi hibrida bagi petani.

Semua yakin, melalui kerja keras dan kerja cerdas yang dilakukan, segudang masalah yang mengemuka akan dapat tertangani secara baik. Mari optimistis dengan hal ini.



*) Entang Sastraatmadja; Ketua Harian DPD HKTI Jawa Barat.




 

Pewarta: Entang Sastraatmadja*)
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022