• Beranda
  • Berita
  • Pengamat: Penting memulai edukasi pendidikan kebencanaan untuk sekolah

Pengamat: Penting memulai edukasi pendidikan kebencanaan untuk sekolah

7 Oktober 2022 10:44 WIB
Pengamat: Penting memulai edukasi pendidikan kebencanaan untuk sekolah
Ilustrasi - Sejumlah siswa taman kanak-kanak mengikuti edukasi mengenal kebencanaan erupsi Gunung Merapi di Sungai Poitan, Karangnongko, Klaten, Jawa Tengah, Kamis (6/10/2022). ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/rwa.
Pengamat pendidikan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Dr. Jejen Musfah MA menyebut pentingnya sekolah dan madrasah memulai edukasi pendidikan kebencanaan agar warga sekolah mempunyai pemahaman yang baik bagaimana bertindak ketika terjadi bencana seperti banjir ataupun longsor.

"Penting sekali memulai mengedukasi dunia pendidikan kita dengan pendidikan kebencanaan baik di radio televisi maupun datang langsung ke sekolah dikumpulkan di satu wilayah agar warga sekolah punya pemahaman yang baik bagaimana harus bertindak pada saat terjadi banjir, longsor dan sebagainya," ucapnya saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Menurutnya, sekarang ini pendidikan di Indonesia masih belum optimal dalam menerapkan edukasi kebencanaan meskipun terbilang sering mengalami banjir ataupun longsor. Maka itu penting menurut Jejen, sekolah bersama pemerintah menyosialisasikan edukasi ini.

Selain itu, pengamat yang menyelesaikan pendidikan Doktornya di Universitas Islam Nusantara Bandung ini juga mengingatkan untuk warga sekolah dan sekitarnya untuk memperbaiki saluran air dan jalan-jalan berlubang di sekitar sekolah. Hal ini demi keselamatan guru dan siswa yang pergi ke sekolah.

Baca juga: Pakar: Program mitigasi perlu dioptimalkan guna antisipasi banjir

Baca juga: Kemenko PMK ajak masyarakat berperan aktif dalam program mitigasi


"Anak-anak yang sekolah membawa kendaraan motor atau sepeda untuk ekstra hati-hati karena kondisi jalan kita banyak lubang dan itu tertutupi oleh air genangan air sehingga bila perlu naik kendaraan umum. Juga tentu saja anak-anak warga sekolah untuk membawa jas hujan atau payung," ucapnya.

Jejen juga menyarankan dalam kondisi tertentu sekolah atau madrasah harus menyiapkan skema hibrida dan tidak memaksakan siswa atau guru untuk masuk sekolah jika kondisi tidak memungkinkan.

"Artinya, sekolah dan madrasah tidak boleh memaksa anak-anak untuk tatap muka karena prinsip kita adalah kesehatan keselamatan siswa atau warga sekolah lebih penting dibanding pendidikan itu sendiri. Tidak menutup kemungkinan siswa-siswi kita rumahnya banjir atau tergenang dan lain-lain," ucap Jejen.

Selain itu perlu juga adanya surat edaran dari pihak-pihak terkait tentang pola pembelajaran di situasi cuaca saat ini dan mengingatkan bahwa prinsip pendidikan tetap mengutamakan kesehatan dan keselamatan warga sekolah alih-alih mewajibkan mereka datang ke sekolah.

Terkait kejadian sekolah madrasah ambruk di Cilandak, Jakarta Selatan pada Kamis (06/10), Jejen berharap Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dan Menteri Agama untuk mengatur dana perbaikan sekolah yang mengancam keselamatan warga sekolah.

"Ini juga PR besar di akhir dua tahun Mendikbud dan Menteri Agama untuk mungkin refocusing dana, kalau kemarin untuk COVID-19 sekarang saya kira untuk renovasi bangunan sekolah yang bisa mengancam keselamatan bahkan nyawa warga sekolah," ucap Jejen.*

Baca juga: BMKG turunkan tim aksi cepat tepat mitigasi gempa Tapanuli Utara

Baca juga: Hujan lebat berangin diprakirakan melanda sebagian besar wilayah

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022