Hal itu terbukti dengan hanya dua diagnosis dalam dua pekan belakangan.
Otoritas melakukan penyelidikan pada September lalu setelah para dokter pada Juli mengetahui bahwa sejumlah anak mengalami gejala seusai mengonsumsi sirop parasetamol yang dijual secara lokal, yang biasanya digunakan untuk mengobati demam.
Gagal ginjal akut menyebabkan 66 anak meninggal dalam tiga bulan terakhir, kata Barrow dalam sebuah pidato. Dia menambahkan bahwa penyelidikan masih berlangsung.
Sementara itu, pemerintah menginstruksikan para importir dan toko untuk menangguhkan penjualan semua merek sirop parasetamol di negara Afrika Barat itu. Obat tersebut juga telah ditarik dari semua apotek dan rumah tangga.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang turut menyelidiki kematian tersebut, pada Rabu mengatakan kematian itu dapat dikaitkan dengan sirop obat flu dan batuk terkontaminasi yang diproduksi Maiden Pharmaceuticals di New Delhi, India.
Pengumuman itu menyusul analisis laboratorium yang mengonfirmasi senyawa dietilen glikol dan etilena glikol dengan kandungan "yang tidak dapat diterima", yang dapat menjadi racun dan menyebabkan gagal ginjal akut.
Pihak produsen pada Kamis mengatakan kepada Reuters bahwa mereka baru saja mendengar kematian tersebut dan sedang berupaya mencari tahu tentang itu.
Barrow menuturkan Kementerian Kesehatan Gambia sedang berkoordinasi dengan WHO dan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS.
Beberapa sampel sirop, yang dikirim ke Senegal, Ghana, Prancis dan Swiss untuk pemeriksaan, menunjukkan tanda-tanda adanya kontaminasi, katanya tanpa penjelasan lebih lanjut.
Kemenkes juga sedang meninjau pemeriksaan kualitas pada obat-obatan impor dan aturan terkait lainnya, kata presiden.
Sumber: Reuters
Baca juga: Kematian di Gambia akibat obat batuk sirop buatan India diselidiki
Baca juga: WHO rilis peringatan untuk obat India setelah kematian 66 anak Gambia
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022