Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengumumkan Kota Palembang menjadi salah satu dari tujuh daerah yang berstatus waspada bencana hidrometeorologi seperti banjir dan angin puting beliung.
Penetapan status kebencanaan tersebut merujuk dari laporan hasil analisis BMKG Stasiun Klimatologi Kelas 1 Sumatera Selatan sebagaimana yang termaktub dalam surat edaran Gubernur Sumatera Selatan terbit pada 22 September 2022.
BMKG Stasiun Klimatologi Klas 1 Sumatera Selatan memprakirakan adanya peluang peningkatan curah hujan mencapai di atas 80 persen atau ketebalan lebih dari 200 mm, yang masa puncaknya berlangsung di Oktober, November, Desember 2022, hingga awal tahun 2023.
Peningkatan curah hujan yang di atas rata-rata tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan awan pembentuk hujan dan aktifnya fenomena La Nina dan menguatnya Dipole Mode yang terjadi di Samudera Hindia.
Atas kondisi demikian, Gubernur melalui Surat Edarannya menginstruksikan Wali Kota Palembang Harnojoyo dan bupati/wali kota lainnya itu (Kabupaten Banyuasin, Muara Enim, Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ilir, Musi Rawas, Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Lahat dan Kota Pagaralam) segera mengoptimalkan upaya mitigasi bencana hidrometeorologi.
Beberapa kawasan di Kota Palembang yang diprediksi mengalami curah hujan tinggi meliputi Kecamatan Bukit Kecil, Gandus, Ilir Barat 1, Ilir Barat II, Ilir Timur 1, Ilir Timur II, Kalidoni, Kertapati, Plaju, Seberang Ulu 1, Seberang Ulu 2.
Upaya mitigasi yang direkomendasikan di antaranya menempatkan pompa air untuk pembuangan di daerah rawan banjir, memperbaiki saluran dan tanggul penahan air, penyiagaan alat berat ekskavator, hingga pembentukan petugas pengendalian bencana.
Instruksi surat edaran itu jelas ditujukan kepada bupati dan wali kota untuk meningkatkan kewaspadaan dan memitigasi potensi bencana hidrometeorologi. Langkah ini diperlukan guna memperkecil dampaknya pada masyarakat, dari semua sektor termasuk pertanian.
Dikepung banjir
Banjir dengan ketinggian hingga 30 sentimeter lebih mengepung kawasan seberang hilir Kota Palembang, akibat hujan lebat yang berlangsung beberapa jam pada tanggal 4 Oktober 2022, sore hingga malam hari.
Kawasan permukiman penduduk yang tergenang, di antaranya kawasan Demang Lebar Daun, Dwikora, kawasan Jalan Simanjuntak dan belakang kampus lama UIN Raden Fattah Palembang.
Kemudian beberapa ruas jalan protokol, seperti di kawasan Soekarno Hatta, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II KM 11, Jalan Jepang Kecamatan Alang-alang Lebar, Kolonel Barlian, Demang Lebar Daun, dan Jalan Mayor Ruslan.
Moh Agam, warga kawasan permukiman Dwikora, menceritakan hujan lebat dan lama itu menggenangi akses jalan menuju ke tempat tinggalnya dan rumahnya.
Genangan air hujan tersebut biasa terjadi, namun baru kali ini masuk ke dalam rumah.
Warga berharap Wali Kota Palembang Harnojoyo segera menyusun program pengendalian banjir yang lebih baik, agar pada saat hujan lebat tidak menimbulkan genangan air di mana-mana.
Hujan lebat terus berlanjut pada Rabu (5-10) pagi hingga Kamis (6-10) pagi, yang puncaknya mengakibatkan aliran Sungai Bendung dan kolam retensi pada sisi seberang ilir Kota Palembang tak mampu menampung debit air hujan sehingga meluap lalu membanjiri daerah sekitarnya dengan ketinggian air mencapai lebih dari 60 cm.
Banjir tersebut di antaranya menggenangi beberapa kawasan permukiman penduduk di Sekip Bendung, Seduduk Putih, Rawa Sari, Bukit Sangkal, MP Mangkunegara, Letjen Simanjuntak, sampai KH Zainal Abidin Fikri.
Banjir itu juga menutupi sepanjang 400 meter pada ruas Jalan R Soekamto mulai dari depan PTC Mal, Hotel Harper, sampai ke Jalan Basuki Rahmat, Simpang Lampu Merah Angkatan 66 hingga menimbulkan kemacetan mencapai sekitar 2 kilometer.
Ashari (20), warga yang tinggal di kawasan Jalan R Soekamto, mengatakan banjir sudah berlangsung sejak Kamis pagi sekitar pukul 06.00 WIB, tidak sedikit kendaraan roda dua dan empat mogok karena mesin kemasukan air dan memperparah kondisi kemacetan.
Arus lalu lintas kendaraan baru lancar kembali setelah banjir berangsur surut beberapa jam sekitar pukul 18.27 WIB petang.
Selain itu ruas jalan, objek vital di antaranya satu SPBU Pertamina, satu SPBG Pertamina, area perkantoran di Jalan R Soekamto juga terdampak banjir sehingga saat itu aktivitas di sana terganggu.
Termasuk ratusan siswa Sekolah Dasar Negeri 172 Bukit Sangkal, Kalidoni, terpaksa diliburkan karena sekolah itu terendam banjir.
Banjir menggenangi seluruh ruangan kelas dengan ketinggian mencapai lutut orang dewasa sehingga sekolah terpaksa meliburkan selama beberapa hari.
"Ya mau gimana lagi, kondisinya begini, bahkan akses masuk ke sini juga terendam hingga dada orang dewasa, jadi anak-anak tidak bisa bersekolah," tutur Kepala Sekolah SDN 172 Palembang Yuningsih.
Penyebab banjir
Wali Kota Palembang Harnojoyo menyebutkan elevasi atau ketinggian air antara hulu dan hilir aliran Sungai Bendung yang cenderung datar menjadi penyebab beberapa titik tergenang banjir setelah hujan lebat dalam 3 hari itu.
Sungai Bendung merupakan salah satu anak Sungai Musi yang memiliki luas 2.400 hektare pada sisi seberang hilir Kota Palembang.
Sungai Bendung sendiri mengalirkan air dari beberapa cabang anak sungai lain yang pembuangannya bermuara ke Sungai Musi di Jalan Ali Gatmir, Kecamatan Ilir Timur II Palembang.
Cabang anak sungai terbesar yang mengaliri Sungai Bendung itu, di antaranya dari kawasan Sukawinatan, Kecamatan Sukarami dan sekitarnya yang berjarak mencapai 5 kilometer ke muara pembuangan.
Lalu dari kawasan Bukit Sangkal, Kecamatan Ilir Timur II dan sekitarnya yang berjarak sekitar 7 kilometer.
Sementara, berdasarkan pengukuran petugas PUPR kota setempat, elevasi Sungai Bendung dari daerah hulu dan hilirnya yang bermuara ke Sungai Musi itu hanya terpaut sekitar 40 sentimeter.
Oleh sebab itu, air di permukaan Sungai Bendung tidak cepat mengalir ke hilir, ditambah lagi guyuran hujan intensitas lebat dan panjang selama 3 hari berturut, menyebabkan debit air yang ditampung terus bertambah lalu akhirnya meluap.
Luapan air itulah yang menggenangi setidaknya 17 titik kawasan di sekitar aliran Sungai Bendung terdampak banjir. Lebih dari 500 warga yang merasakan dampaknya.
Operasi penanggulanan
Pemerintah Kota Palembang sudah berupaya mengatasi situasi kebencanaan tersebut dengan mengoperasikan semua mesin pompa untuk membantu pengaliran air.
Peralatan yang dikerahkan sebanyak enam pompa portable yang per unitnya berkemampuan menyedot 250 liter per detik dioperasikan ke setiap pintu gerbang air dan booster pompa air berkapasitas 36.000 liter per detik dioperasikan di hilir pembuangan bermuara ke Sungai Musi di kawasan Ilir Timur II.
Hanya, sistem pompanisasi untuk mengalirkan air tersebut masih kurang maksimal karena berdasarkan pengamatan, ditemukan banyak jembatan dan bangunan permukiman warga melintang di atas Sungai Bendung.
“Akibatnya, dampak banjir yang dirasakan warga tidak cepat teratasi,” katanya.
Pompanisasi untuk menyurutkan banjir yang menggenangi pemukiman, jalan protokol, perkantoran, dan SPBU memakan waktu 6-7 jam dengan catatan tidak kembali diguyur hujan.
Untuk mengatasi kondisi tersebut Pemkot Palembang sudah menyiagakan tim operasi gabungan pengendalian banjir terdiri atas unsur TNI, Polri, Basarnas, BPBD, Dinas PUPR, Dinas Sosial, dan Dinas Kebersihan Kota.
Tim tersebut memiliki tugas mulai dari membersihkan daerah aliran sungai dari sampah, tanaman liar, membongkar bangunan permukiman di atas aliran sungai, dan mendirikan posko kebencanaan.
Pemkot Palembang merencanakan upaya tindak lanjut jangka panjang, seperti pembebasan lahan, pengembalian fungsi rawa sebagai resapan air, dan mengubah konstruksi bangunan jembatan di sepanjang aliran Sungai Bendung termasuk pengerukan.
Tim gabungan operasi pengendalian banjir ini bertugas sampai waktu yang tidak ditentukan, khususnya untuk mengatasi kerawanan banjir di Palembang, yang selama musim hujan diprakirakan oleh BMKG akan berlangsung hingga awal tahun 2023.
Pewarta: Muhammad Riezko Bima Elko
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2022