"Hingga saat ini sebanyak 93 persen usaha mikro dan kecil belum menjalin kemitraan dengan usaha besar," katanya saat membuka acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Koperasi, UMKM, dan Kewirausahaan Tahun 2022 di Solo, Kamis.
Selain itu, yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kapasitas usaha dan akses pembiayaan mengingat saat ini akses pembiayaan dirasa masih cukup sulit bagi UMKM. Oleh karena itu, dikatakannya, perlu adanya dukungan serta kolaborasi dari seluruh mitra kerja untuk mengatasi tantangan tersebut.
Terkait hal itu, dikatakannya, akses pembiayaan bagi koperasi dan UMKM akan diperbesar dengan target sebesar 30 persen kredit perbankan untuk pelaku UMKM.
"Memang, ada KUR Rp100 juta yang tanpa agunan. Namun, praktiknya di lapangan masih sulit," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya meminta perbankan untuk mengubah pendekatan kredit, yakni dari agunan ke kelayakan usaha. Selain itu, juga harus diterapkan dengan sistem digital dalam menilai kinerja UMKM sehingga memudahkan bagi credit scoring UMKM.
Di sisi lain ia mendorong laporan keuangan UMKM dengan sistem digital mengingat selama ini masih banyak UMKM dengan model laporan keuangan keluarga. Dengan sama-sama menerapkan sistem digital maka akan ada keselerasan antara UMKM dengan perbankan.
"Kami juga mendorong UMKM untuk memiliki business plan untuk memudahkan investor masuk, selain memudahkan bank menyalurkan kredit. Saat ini kami sudah membangun Smesco Hub Timur di Bali untuk mengembangkan pasar produk UMKM wilayah Timur Indonesia," katanya.
Program percepatan lainnya adalah memberikan kemudahan perizinan dari informal ke formal, termasuk di dalamnya izin edar produk UMKM dari Badan POM.
"Diharapkan langkah ini dapat memaksimalkan output potensial sehingga pertumbuhan ekonomi mampu kembali secara berkelanjutan," katanya.
Baca juga: Teten minta Bupati Garut siapkan produk UMKM untuk dipamerkan di G20
Baca juga: Teten optimis Indonesia mampu jadi pemain utama industri halal dunia
Pewarta: Aris Wasita
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022