Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan seluruh pihak terkait dengan kondisi kelautan khususnya nelayan untuk memerhatikan risiko tinggi gelombang laut demi terciptanya keselamatan pelayaran.kami telah mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku mulai tanggal 13 Oktober, pukul 07.00 WIB, hingga 14 Oktober
"Ini penting dilakukan nelayan sebelum berangkat melaut untuk menangkap ikan, apalagi gelombang tinggi masih berpotensi terjadi di perairan selatan Jawa," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi (Stamet) Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat.
Ia mengatakan hal itu terkait dengan kejadian kapal nelayan asal Cilacap yang terbalik di perairan selatan Kabupaten Kebumen, Jateng, pada Kamis (13/10), pukul 22.00 WIB, setelah terhempas gelombang.
Menurut dia, pihaknya setiap kali mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi selalu mencantumkan risiko tinggi gelombang terhadap keselamatan pelayaran.
Dalam hal ini, kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter berisiko terhadap perahu nelayan, kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter berisiko terhadap tongkang.
Selanjutnya, kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter berisiko kapal feri, serta kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 meter berisiko terhadap kapal ukuran besar seperti kapal kargo dan kapal pesiar.
Baca juga: BMKG: Hujan ekstrem masih berpotensi di wilayah Jateng selatan
Baca juga: BMKG: Waspadai gelombang sangat tinggi di laut selatan Jabar-DIY
Terkait dengan kejadian yang menimpa kapal nelayan asal Cilacap di perairan selatan Kebumen, Teguh menduga hal itu disebabkan oleh gelombang tinggi yang tingginya berkisar 2,5-4 meter.
"Sebelumnya, kami telah mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku mulai tanggal 13 Oktober, pukul 07.00 WIB, hingga 14 Oktober, pukul 07.00 WIB, dan akan diperbarui jika ada perkembangan lebih lanjut," jelasnya.
Ia mengatakan dalam peringatan dini tersebut, tinggi gelombang 2,5-4 meter yang masuk kategori tinggi berpotensi terjadi di perairan selatan Sukabumi, perairan selatan Cianjur, perairan selatan Garut, perairan selatan Tasikmalaya, perairan selatan Pangandaran, perairan selatan Cilacap, perairan selatan Kebumen, perairan selatan Purworejo dan perairan selatan Yogyakarta.
Selain itu, tinggi gelombang 2,5-4 meter juga berpotensi terjadi di Samudra Hindia selatan Sukabumi, Samudra Hindia selatan Cianjur, Samudra Hindia selatan Garut, Samudra Hindia selatan Tasikmalaya, Samudra Hindia selatan Pangandaran, Samudra Hindia selatan Cilacap, Samudra Hindia selatan Kebumen, Samudra Hindia selatan Purworejo dan Samudra Hindia selatan Yogyakarta.
"Gelombang tinggi tersebut dipengaruhi oleh pola angin di wilayah selatan Indonesia bagian selatan yang dominan bergerak dari tenggara ke barat daya dengan kecepatan 5-20 knot," kata Teguh.
Sebelumnya, Kapal Motor (KM) Taulada berkapasitas 13 gross tonage (GT) yang diketahui berangkat dari Dermaga Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cilacap pada hari Sabtu (8/10), pukul 05.00 WIB, menuju perairan selatan Kebumen untuk melakukan aktivitas penangkapan ikan.
Akan tetapi pada hari Kamis (13/10), pukul 22.00 WIB, kapal yang membawa enam orang ABK itu terbalik setelah terhempas gelombang di perairan Mirit, Kabupaten Kebumen. Keenam ABK terdiri atas Dasino selaku tekong atau nakhoda, Yosef, Peang, Brosot, Safi'i dan Purwanto.
Tim SAR gabungan yang dikoordinasi Basarnas Cilacap berhasil mengevakuasi keenam ABK tersebut dalam kondisi selamat pada Jumat (14/10) pagi.
Baca juga: BMKG: Gelombang tinggi masih berpotensi di laut selatan Jabar-DIY
Baca juga: BPBD: Lima warung di Pantai Widarapayung rusak akibat gelombang tinggi
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022