Kita ini justru gudang tanaman hias, kita produsennya. Jadi bagaimana kita mengembangkan sampai nanti kita menguasai market tanaman hias
Menteri Koperasi dan UKM Teten Madsuki menyatakan Indonesia memiliki kemampuan yang tak kalah hebat dengan negara lain dalam urusan tanaman hias.
"Kita ini justru gudang tanaman hias, kita produsennya. Jadi bagaimana kita mengembangkan sampai nanti kita menguasai market tanaman hias," katanya usai mengunjungi Pameran Floriculture Indonesia International (FLOII) di Jakarta, Sabtu, lewat keterangan resmi.
Menurut dia, Indonesia mempunyai peluang besar menguasai pasar tanaman hias di dalam negeri maupun untuk pasar ekspor.
Dengan keberadaan ahli tanaman yang dapat mengembangkan tanaman hias asli tanah air, lanjutnya, diharapkan pengembangan sektor tersebut lebih baik lagi ke depannya.
"Saya rasa kita punya kemampuan untuk menguasai sektor tanaman hias karena kita market-nya gede dan banyak ahli-ahli yang bisa mengawinsilangkan berbagai varietas yang akan menghasilkan varietas baru," ujar dia.
Menkop menyayangkan bahwa Indonesia belum bisa menangkap peluang besar pengembangan tanaman hias, tetapi justru dimanfaatkan dengan baik oleh Thailand dan Belanda yang hingga kini menjadi negara terdepan di bidang tanaman hias, terutama dari segi komersialisasi.
Karena itu, Teten mengajak pelaku usaha tanaman hias mengembangkan sektor itu agar memiliki nilai tambah lebih besar di masa yang akan datang.
Dengan digitalisasi, ia meyakini pengembangan ekosistem sektor tanaman hias di Indonesia jauh lebih berkembang.
“Sektor tanaman hias perlu dikembangkan dengan digitalisasi karena nantinya akan mengkoneksikan antara buyer lewat platform digital. Itu saya kira akan mempercepat atau mengakselerasi perkembangan tanaman hias. Kita kan kaya sekali. Ekosistemnya sekarang yang mesti dibangun," ungkap Menkop.
Baca juga: Lampung siap ekspor 10.500 tanaman hias untuk pertama kali ke Turki
Baca juga: Budi daya tanaman endemik peluang ekspor di tengah pandemi
Baca juga: Ekspor tanaman hias Indonesia naik 69,7 persen selama pandemi
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022