• Beranda
  • Berita
  • RSCM: Potensi kasus DBD perlu diperhatikan sejak musim panas

RSCM: Potensi kasus DBD perlu diperhatikan sejak musim panas

17 Oktober 2022 17:20 WIB
RSCM: Potensi kasus DBD perlu diperhatikan sejak musim panas
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Sub-Spesialis Penyakit Tropik Infeksi RSCM Erni J. Nelwan dalam Webinar Waspada Penyebaran Dengue di Tengah Musim Hujan yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (17/10/2022). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)

Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta meminta semua pihak untuk mewaspadai potensi dengue atau demam berdarah (DBD) yang seharusnya sudah diperhatikan sejak memasuki musim panas atau kemarau.

“Siapa saja bisa terkena dan nyamuk biasanya menggigit korban di jam kerja seperti jam delapan pagi sampai empat sore. Jadi semua orang bisa terkena,” kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam Sub-Spesialis Penyakit Tropik Infeksi RSCM Erni J. Nelwan dalam Webinar Waspada Penyebaran Dengue di Tengah Musim Hujan yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Erni mengimbau semua pihak tidak menurunkan kewaspadaan terhadap DBD saat memasuki musim panas. Pada musim tersebut, kewaspadaan justru harus diperkuat karena nyamuk menjadikan masa itu sebagai masa bertelur.

Selama masa bertelur itu, nyamuk akan mencari tempat yang menurutnya nyaman untuk meletakkan telur-telurnya dalam jumlah yang sangat banyak. Telur nyamuk bahkan memiliki proteksi yang kuat sehingga tidak dapat rusak karena faktor lingkungan.

Baca juga: Kemenkes catat kasus dengue sampai minggu ke-39 2022 capai 94.355

Baca juga: Bangladesh catat lonjakan harian tertinggi angka kematian akibat DBD

“Begitu kena air karena musim hujan, sudahlah. Itu akan mulai, dia bisa langsung tumbuh menjadi nyamuk dewasa dalam waktu cepat dan dalam jumlah yang sangat banyak,” ucapnya.

Erni menambahkan hal lain yang harus dicermati adalah angka harapan hidup pada beberapa masyarakat menjadi tinggi, sedangkan kasus DBD tidak menurun sampai dengan hari ini. Sehingga, perlu kewaspadaan bersama utamanya melindungi kelompok masyarakat yang menderita komorbid.

Sebab ia mengaku penderita komorbid dengan DBD, cukup membuat dokter yang menanganinnya mendapatkan tantangan karena diperlukan kehati-hatian ekstra saat menangani pasien tersebut mulai dari memantau perkembangan demam, pemberian cairan pada tubuh yang mengalami dehidrasi sampai mencegah agar pasien tidak menderita infeksi berat yang memperlambat fase penyembuhan.

Dengan demikian, dibutuhkan kerja sama bersama dalam menciptakan lingkungan yang bersih dari jentik nyamuk, tidak ada genangan air atau tumpukan barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk agar dapat melindungi sesama.

Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) bersama dengan 3M plus yaitu menguras dan menyikat tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air dan mendaur ulang barang bekas harus terus menerus sepanjang waktu.

Upaya lain yang dapat dilakukan adalah mengikuti vaksinasi dengue untuk mencegah keparahan dan menekan angka kematian akibat DBD.

Erni menekankan dengan vaksinasi, tubuh akan merangsang antibodi untuk terbentuk lebih dulu, sehingga ketika virus masuk ke dalam tubuh, tubuh dapat mengatasi infeksi yang ditimbulkan dengan lebih cepat.

“Sekali lagi saya tekankan, vaksin tidak membuat kebal tapi vaksin membuat sakit yang diderita seseorang jadi lebih ringan. Tentu dengan vaksinasi kita harapkan kejadian infeksi (akibat dengue) yang menjadi berat juga akan turun ya,” ujar Dosen Tetap di Program Studi Ilmu Penyakit Dalam FKUI itu.*

Baca juga: Stok darah di PMI Jakbar cukup untuk antisipasi DBD

Baca juga: Sudinkes Jakpus minta warga berantas sarang nyamuk secara rutin

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022