Forum Bisnis Indonesia-Amerika Latin dan Karibia (INA-LAC) 2022 menghasilkan kesepakatan bisnis senilai 16,57 juta dolar AS (sekitar Rp256,3 miliar) di berbagai sektor seperti pertambangan, pertanian, dan investasi properti.
Forum yang diselenggarakan di Serpong, Banten pada 17-18 Oktober 2022 tersebut juga mencatatkan potensi bisnis senilai 162,48 juta dolar AS (sekira Rp2,5 triliun) di sektor manufaktur dan pupuk.
“Forum Bisnis INA-LAC diselenggarakan dengan tujuan memperkuat hubungan ekonomi antara Indonesia dengan negara-negara Amerika Latin dan Karibia,” kata Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri RI Umar Hadi dalam pengarahan media yang diikuti secara daring pada Selasa.
Dalam paparannya, Umar menjelaskan bahwa hubungan dagang Indonesia dengan kawasan Amerika Latin dan Karibia sudah melebihi masa prapandemi, dengan nilai total perdagangan pada 2021 sebesar 10,53 miliar dolar AS (sekitar Rp163,2 triliun) dibandingkan 7,8 miliar dolar AS (sekitar Rp120,9 triliun) pada 2019.
Untuk 2021, produk ekspor unggulan Indonesia ke kawasan Amerika Latin dan Karibia mencakup antara lain produk kelapa sawit, otomotif, produk kelapa, karet, alas kaki, tekstil, pupuk, elektronik (telepon seluler), produk kertas, dan sabun.
Sedangkan untuk impor Indonesia dari kawasan tersebut di antaranya adalah pakan ternak, gula tebu, kapas, jagung, bijih besi, bijih cokelat, gandum, daun tembakau, kapal/perahu air, daging beku, tembaga, dan bijih kedelai.
Impor terbesar nonmigas kawasan Amerika Latin dan Karibia dari dunia adalah kendaraan bermotor dan suku cadangnya, elektronik (seperti telepon seluler dan laptop), obat-obatan, pupuk, serta produk plastik.
“Jadi, kalau dilihat dari jenis-jenis produk yang kita ekspor ke Amerika Latin sekarang, artinya masih ada produk-produk yang menjadi kebutuhan di negara-negara tersebut yang kita belum kirim. Nanti kita akan cari lebih banyak produsen di Indonesia yang akan mampu memenuhi kebutuhan di Amerika Latin dan Karibia,” kata Umar.
Dalam pidato yang disampaikan pada pembukaan forum INA-LAC 2022 pada Senin malam (18/10), Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menggarisbawahi perlunya ekspansi pasar melalui perjanjian dagang mengingat perdagangan Indonesia dengan Amerika Latin dan Karibia hanya 0,4 persen dari total perdagangan kawasan tersebut di pasar dunia.
Retno juga menyoroti besarnya potensi kerja sama di bidang ekonomi digital. Dalam hal ini, Forum Bisnis INA-LAC serta platform digital INA Access hadir untuk memfasilitasi interaksi di antara para pelaku usaha serta calon investor untuk mengenal peluang yang ada.
Kegiatan INA-LAC 2022 telah dihadiri oleh sekitar 500 peserta secara langsung dan virtual, dan memfasilitasi lebih dari 100 pertemuan bisnis serta business pitching oleh lima perusahaan Indonesia yang berpotensi besar untuk masuk ke pasar Amerika Latin dan Karibia.
Forum bisnis itu juga telah menghasilkan sejumlah penandatanganan kesepakatan kerja sama, antara lain Agreed Minutes Forum Konsultasi Bilateral ke-5 Indonesia-Chile; MoU antara KADIN Indonesia dan Kamar Dagang Sao Paulo Brazil; MoU antara PT Dami Mas Sejahtera (grup Sinarmas) dan Diana Industries Venezuela; MoU antara PT Mitra Dinamika Sejahtera dan APFIA SRL; dan LoI antara Agro Investama Group dan Groupo Campo.
Sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan nilai tambah hasil produksi pertambangan Indonesia, penyelenggaraan Forum Bisnis INA-LAC 2022 mencatat rencana investasi senilai 8 miliar dolar AS (sekitar Rp123,7 triliun) oleh perusahaan Vale SA asal Brazil bersama mitranya untuk pengembangan industri nikel di Indonesia.
Baca juga: Indonesia ingin tarik investor dari Amerika Latin dan Karibia
Baca juga: Forum bisnis INA-LAC 2022 diharapkan dapat dorong pertumbuhan ekonomi
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022