"Saya cukup yakin, di 2030, ekonomi kita, PDB kita bisa mencapai 3,5 triliun dolar AS. Skenario saat ini kita cuma bicara nikel, belum soal timah, tembaga, bauksit. Kita sekarang siapkan roadmapnya. Kalau kita bisa mengelolanya, saya yakin kita bisa dapat lebih tinggi lagi," katanya di Jakarta, Selasa.
Menurut Luhut, jika dibandingkan dengan masa lalu sebelum digalakkannya hilirisasi, ekspor Indonesia masih terbilang kecil dan hanya berupa bahan mentah. Kini, dengan hilirisasi, ada peningkatan signifikan khususnya ekspor bahan olahan bernilai tambah tinggi.
Lebih lanjut, saat ditanya wartawan soal kebijakan larangan ekspor mineral mentah seperti timah dan bauksit, Luhut menyebut hal tersebut akan dilakukan secara bertahap.
Baca juga: Menko Luhut ungkap upaya pemulihan industri penerbangan nasional
"Kita jangan bicara terus larangan ekspor. Kita akan ada regulasi. Sebenarnya kita sudah mulai sekarang, saya rasa bertahap, tahun depan, tahun berikutnya, dan sebagainya," katanya tanpa menyebut secara gamblang.
Luhut menambahkan Indonesia tengah berupaya untuk melakukan transformasi ekonomi dengan mempromosikan pembangunan berkelanjutan dari pembangunan ekonomi coklat (brown economic development) ke ekonomi hijau (green economic). Hal itu dilakukan untuk bisa menjadikan RI sebagai negara maju di masa depan.
"Targetnya mungkin 2050 atau 2060 kita harus mencapai itu (jadi negara maju)," katanya.
Sebelumnya, Luhut menyebut hilirisasi terbukti memberikan nilai tambah yang signifikan karena ekspor komoditas mentah RI yang tadinya hanya 1,2 miliar dolar AS pada 2015, pada tahun 2022 ini diperkirakan bisa mencapai 29 miliar dolar AS.
Baca juga: Luhut minta masyarakat tetap belanja untuk gerakkan UMKM
Baca juga: Luhut tegaskan tahun depan pemerintah gunakan kendaraan listrik
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022