Peluncuran buku berjudul "Pembinaan Badminton Berbasis Sport Science" yang ditulis oleh Basri Yusuf, mantan atlet pelatnas dan pelatih internasional, itu digelar di aula PB Djarum Kudus, Rabu (19/10).
Menurut Ketua Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jateng Akhmad Khafidz Basri Yusuf, pelatihan berbasis ilmu olahraga tersebut sangat penting untuk pembinaan atlet jangka panjang. Selain itu, metode ini juga mampu membantu pelatih mengeluarkan potensi terbaik dari para atlet bulu tangkis yang mereka bina.
"Buku ini membedah mengenai pendekatan ilmu olahraga, program pelatihan, kejuaraan, dan pemulihan berdasarkan kronologi biologis dalam tiga bagian, yaitu sebelum puber, pada saat puber dan setelah puber," ujarnya di sela rangkaian audisi umum bulu tangkis 2022 di GOR Djarum.
Setiap pertumbuhan atlet, kata dia, harus dimaksimalkan secara keseluruhan sesuai dengan tahapannya, bukan kronologi usianya. Jangka panjang itu bisa dalam kurun waktu 10 tahun atau 10.000 jam latihan.
Program pelatihan di buku ini dibagi ke dalam enam tingkatan berdasarkan kelompok usia. Melalui enam tahapan ini, Basri sekaligus menegaskan bahwa prestasi tidak dapat diraih dengan cara instan, namun melalui pembinaan jangka panjang. Sedangkan penggunaan ilmu olahraga membantu menganalisa lebih banyak hal dan efekif bagi pembinaan.
Ia mengakui ide untuk menulis buku muncul pada tahun 2005, ketika menetap di Singapura. Kala itu, ia membuat suatu diagram sederhana sebagai bahan evaluasi kepelatihan yang tepat untuk diterapkan.
Mantan atlet yang memulai karier sebagai atlet Pelatnas di tahun 1975 ini, menganggap bahwa diagram tersebut harus dikembangkan secara serius menjadi karya ilmiah. Namun, lantaran aktivitas yang cukup padat, dia akhirnya baru bisa memulai proses penggarapan buku dalam dua tahun terakhir..
"Buku ini merupakan kristalisasi dari pengalaman saya sebagai pemain, pelatih sejak tahun 1980, pengurus, dan sekaligus trainer bagi para pelatih. Perjalanan panjang tersebut menginspirasi setiap kata yang tertuang dalam buku ini. Idealisme sekaligus kepedulian terhadap masa depan prestasi badminton Indonesia adalah keyakinan yang tidak bisa ditawar," ungkap mantan pelatih Hariyanto Arbi dan Denny Kantono.
Basri Yusuf mengatakan, konsep pelatihan yang tepat mampu mengatasi banyak masalah atau kesalahan yang biasa terjadi. Seperti rendahnya pelatihan atau pelatihan yang berlebihan (over training), pemberian beban dan intensitas latihan orang dewasa kepada atlet muda, sistem pelatihan yang tidak spesifik, program kompetisi dan pelatihan sesuai usia, hingga kelalaian dalam melatih gerakan dan keterampilan.
Ia mengakui tidak mudah merubah pola pikir pelatih badminton saat ini, namun secara perlahan akan disosialisasikan metode kepelatihan yang ditawarkan melalui buku tersebut kepada para pelatih bulu tangkis, khususnya di Jateng. Sebelumnya juga digelar pelatihan secara daring hingga 11 kali.
Baca juga: Hari kedua Denmark Open diwarnai aksi sembilan wakil Merah Putih
Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2022