"Tingginya curah hujan menyebabkan debit air sejumlah anak sungai melonjak tajam hingga terjadi limpahan dan menggenangi beberapa wilayah," kata Direktur Utama Perum Jasa Tirta I Raymond Valiant Ruritan di Trenggalek, Jawa Timur, Kamis.
Ia menyampaikan hal itu berdasarkan hasil pemantauan dan pengukuran curah hujan yang dilakukan pada 18 Oktober 2022 oleh tim PJT di tiga daerah hulu sungai di Trenggalek, yakni di Kecamatan Kampak, Tugu, dan Bendungan.
"Tanggal 18 Oktober (curah) hujan sangat signifikan, yang kita ukur di tiga lokasi di Kampak, Bendungan, dan Tugu. Curah hujan di Kampak itu mencapai 300 milimeter dalam waktu 24 jam," kata Raymond.
"300 milimeter itu sama dengan 30 centimeter. Jadi kalau dikumpulkan tebalnya itu sama dengan penggaris yang biasa dipakai sehari-hari, tebal sekali hujannya," kata dia.
Raymond menambahkan, curah hujan di wilayah Bendungan tercatat 140 milimeter dalam 24 jam dan curah hujan di Tugu tercatat 184 milimeter dalam 24 jam.
Ia mengemukakan bahwa curah hujan yang tinggi di tiga bagian hulu sungai itu menyebabkan peningkatan debit air sejumlah anak sungai di Trenggalek, termasuk Sungai Tugu, Sungai Keser, dan Sungai Prambon.
"Aliran air dari anak sungai yang hendak memasuki Sungai Ngasinan sudah tidak bisa lagi, tertahan karena debit air Sungai Ngasinan juga mengalami peningkatan tajam," katanya.
"Akibatnya, aliran air dari anak-anak sungai terjadilah limpahan keluar dari sempadan sungai dan terjadi genangan di beberapa wilayah," ia menambahkan.
PJT berusaha mengatasi dampak lonjakan debit air dari Sungai Ngasinan, Tawing, Tugu, Bagong, dan beberapa anak sungai lainnya dengan membuka pintu air di Dam Bendo secara terus-menerus.
Pintu Air Bendo merupakan sarana pengendali debit air di Sungai Ngasinan.
Pada awal terjadi peningkatan curah hujan, debit air di Pintu Air Bendo tercatat 569 meter kubik/detik sehingga kondisi Sungai Ngasinan dinyatakan masuk level siaga.
Debit air kemudian terus meningkat sehingga menyentuh angka 750 meter kubik/detik, sehingga PJT 1 selaku operator Pintu Air Bendo berusaha melepaskan sebagian besar debit air ke Parit Raya serta membuangnya ke laut melalui terowongan Neyama Tulungagung.
Raymond mengatakan bahwa sehari setelah banjir besar di beberapa wilayah Trenggalek, debit air sungai telah berkurang hingga 50 persen atau menjadi sekitar 265 meter kubik/detik.
Baca juga:
Ratusan rumah di Tulungagung terendam banjir kiriman dari Trenggalek
Banjir paksa RSUD Trenggalek tutup layanan rawat jalan
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2022