Sekitar dua tahun penerbangan sepi penumpang akibat pandemi, yang mendorong pemerintah mengeluarkan sejumlah aturan terbang yang ketat. Kini seiring dengan melandainya kasus COVID-19, industri penerbangan pelan-pelan mulai bangkit.
Pernyataan Kemenhub itu diperkuat data dari International Air Transport Association (IATA). Menurut IATA, momentum pemulihan lalu lintas penerbangan global mulai menguat.
Pada Juni 2022, lalu lintas penerbangan domestik maupun internasional sudah mencapai rata-rata 70 persen jika dibandingkan dengan masa sebelum pandemi (tahun 2019). Dengan rincian, lalu lintas penerbangan domestik mencapai 81 persen dan lalu lintas penerbangan internasional mencapai 65 persen.
Kebangkitan penerbangan itu juga terlihat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selama pekan lalu saja terdapat beberapa penerbangan perdana menuju Bandara Internasional Yogyakarta (Yogyakarta International Airport/YIA), baik domestik maupun internasional.
Untuk penerbangan domestik, maskapai penerbangan Super Air Jet membuka rute dari YIA menuju Pulau Kalimantan, yaitu Samarinda, Pontianak, dan Balikpapan.
Penerbangan perdana dibuka pada Jumat (14/10/2022) dari Yogyakarta menuju tiga kota tersebut, yang selama ini menjadi destinasi super favorit dan super populer dengan layanan pergi pulang (PP) setiap hari.
Untuk penerbangan internasional, maskapai Scoot melayani rute Yogyakarta-Singapura pergi-pulang (PP), yang menghubungkan YIA di Kulon Progo dengan Bandara Changi (SIN), mulai Sabtu (15/10/2022).
Pada Sabtu itu, tepat pada 08.08 WIB, Scoot TR 212 SIN-YIA tiba dengan membawa 175 orang penumpang. Selanjutnya pesawat Scoot bernomor penerbangan TR 213 berangkat dari YIA pukul 09.20 WIB menuju Singapura, dengan mengangkut 142 penumpang. Frekuensi penerbangan rute ini tersedia dua kali seminggu pada Sabtu dan Senin.
Penambahan penerbangan itu tentu saja menggembirakan bagi perkembangan wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisatawan lokal asal Kalimantan diharapkan kian mengalir ke Yogyakarta, apalagi jika ada anggota keluarga yang sedang menempuh pendidikan di Kota Pelajar ini, sambil menengok anak kuliah, orang tua berwisata di wilayah DIY.
Begitupun wisatawan asing, lewat Singapura mereka bisa berekreasi ke Yogyakarta. Berangkat Sabtu, pulang Senin, sudah memadai menikmati objek wisata di Yogyakarta.
Sejauh ini kedatangan wisatawan ke Yogyakarta menunjukkan peningkatan. Angka dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kunjungan wisatawan di DIY secara keseluruhan hingga triwulan III 2023 sudah mencapai 85 persen jika dibandingkan dengan masa sebelum pandemi. Artinya, 15 persen lagi jumlah wisatawan itu akan menyamai masa sebelum pandemi dulu.
Hingga akhir tahun 2022 ini kunjungan wisatawan diharapkan terus naik, bahkan di atas 90 persen. Setidaknya pada akhir tahun ini bisa mencapai 95 persen.
Jika melihat aktivitas maskapai penerbangan ke Yogyakarta, tampaknya percepatan pertumbuhan wisatawan akan tercapai. Yogyakarta menjadi incaran maskapai. Saat awal terbang saja, YIA menjadi pilihan. Misalnya Pelita Air, ketika kembali terbang, YIA menjadi tujuan utama. Lalu TransNusa, terbang kembali memilih rute Jakarta ke Yogyakarta dan Denpasar.
Yogyakarta merupakan rute gemuk. Meski kendaraan pribadi kian mudah dan cepat menempuh perjalanan Jakarta - Yogyakarta PP lewat jalan tol, tetap saja jumlah penumpang pesawat tidak seketika anjlok.
Andalkan kegiatan
Beberapa pelaku wisata mengingatkan gairah wisatawan itu idealnya disertai dengan manajemen kegiatan yang lebih terpadu. Maksud terpadu adalah kegiatan itu tidak dibiarkan berjalan sendiri-sendiri, tetapi dirancang dengan melibatkan lebih banyak pelaku wisata.
Pelaku wisata mengambil contoh Festival Bregada Rakyat 2022 yang digelar pada Minggu (16/10/2022) lalu. Bayangkan, seribu pelaku seni yang tergabung dalam 21 kelompok bregada dari Kota Yogyakarta, Sleman, Bantul, dan Kulonprogo memeriahkan acara itu.
Para anggota bregada turun ke jalan sejak pukul 13.00 WIB. Mereka menempuh rute dari Taman Parkir Abu Bakar Ali (ABA), lewat Jalan Malioboro, dan berakhir di Benteng Vredeburg.
Festival budaya ini sejatinya bisa dijual lebih gebyar lagi, yaitu dijadikan satu paket dengan hotel, kuliner, objek wisata pendukung, dan dipromosikan jauh hari sebelumnya. Daya tariknya adalah festival bregada, ikutannya mulai dari okupansi hotel hingga laris manis kuliner.
Namun untuk bisa terwujud, para pelaku wisata perlu duduk bersama untuk merancang kegiatan berskala nasional. Festival Bregada itu bisa dirancang lebih menasional karena keunikannya.
Memang, Yogyakarta memiliki keunikan tersendiri. Banyak wisatawan datang ke Yogyakarta untuk sekadar nongkrong di Malioboro. Cukup menikmati nuansa Malioboro mereka merasa puas. Namun demikian hal itu tidak dijadikan alasan untuk berhenti melakukan inovasi dalam menggelar ajang wisata.
Ke depan Yogyakarta akan kian kuat sebagai magnet bagi maskapai. Bila jalan tol dari Bandara YIA ke Kota Yogyakarta terwujud, waktu tempuh akan lebih cepat dan memudahkan perjalanan dari dan ke bandara. Hal ini menjadikan moda transportasi udara semakin menarik.
Bisa saja Scott yang baru menerbangi SIN-YIA pada Sabtu dan Senin, kelak akan bertambah frekuensinya. Tentu ini menguntungkan sektor pariwisata di DIY.
Pewarta: Nusarina Yuliastuti
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022