• Beranda
  • Berita
  • Dinkes edukasi dan sosialisasi gagal ginjal akut kepada faskes

Dinkes edukasi dan sosialisasi gagal ginjal akut kepada faskes

20 Oktober 2022 16:32 WIB
Dinkes edukasi dan sosialisasi gagal ginjal akut kepada faskes
Arsip Foto - Pengunjung melakukan pemeriksaan kesehatan di stan Dinkes Provinsi DKI Jakarta di area Jakarta Fair, Sabtu (16/7/2022). ANTARA/Fahrul Marwansyah/aa.
Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta terus melakukan edukasi dan sosialisasi kepada semua fasilitas kesehatan (faskes) di Ibu Kota terkait gagal ginjal akut pada anak sesuai edaran Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

"Langkah yang kami jalankan, kami proaktif mengedukasi dan menyosialisasikan kepada semua RS dan Puskesmas di DKI Jakarta untuk mengidentifikasi gagal ginjal akut pada anak sesuai dengan surat edaran yang dikeluarkan oleh Kemenkes," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti di Labkesda DKI Jakarta, Kamis.

Selain identifikasi, Widyastuti mengatakan bahwa sosialisasi tersebut juga mengenai prosedur standar operasional (SOP) dalam penanganannya serta lainnya yang dikeluarkan oleh pihak berwenang.

Ada SOP yang dikeluarkan oleh Kemenkes bersama dengan tim ahli dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) terkait tata laksana dan tata kelola. "Kemudian terkait klinisnya, preklinik
maupun rujukan lab dan rujukan labnya di Jakarta adalah di Labkesda," kata Widyastuti.

Baca juga: Sudin Kesehatan Jakbar catat delapan anak terkena gagal ginjal akut

Widyastuti menyebutkan, dalam data yang didapatkannya selama Januari sampai 19 Oktober 2022, ada 71 kasus gagal ginjal akut. Sebanyak 60 kasus (85 persen) adalah usia balita dan 11 kasus (15 persen) adalah usia 5-18 tahun.

"Untuk jenis kelamin pasien sebagian besar laki-laki, kemudian wilayah domisili dari 71 kasus tadi, 35 berdomisili di DKI Jakarta, kemudian sembilan di Banten, Jawa Barat 16 pasien dan Jabodetabek tujuh kasus," ujarnya.

Dari data tersebut, Widyastuti menyebutkan, sebanyak 40 pasien meninggal, 16 dalam perawatan dan 15 lainnya sembuh.

Dilihat dari tren bulanannya, Widyastuti menyebutkan, dari Januari ada dua kasus, Februari (nihil), Maret (1), April (3), Mei (nihil), Juni (2) dan Juli (1) dan Agustus (10), September (21) dan Oktober 31 kasus.

Baca juga: Warga derita gagal ginjal dievakuasi untuk berobat saat banjir melanda

Widyastuti menyebutkan, terjadinya tren peningkatan tersebut karena saat ini info yang diberikan sudah lebih lengkap IDAI dan Kemenkes juga sudah mengeluarkan.

"Dan kita sosialisasi sehingga rumah sakit yang sempat merawat dan sedang merawat langsung melaporkan kepada kami," tuturnya.

Terkait dengan penyebab gagal ginjal akut pada anak, Widyastuti menambahkan, belum bisa diketahui pasti karena masih dalam proses penelitian termasuk kontaminasi Dietilen Glikol (DEG) dan Etilen Glikol (EG) yang diduga menjadi salah satu penyebab gagal ginjal akut pada anak.

"Jadi belum sesuatu yang 100 persen. Tapi mitigasi harus terus dilakukan. Kita ingin mitigasi supaya bisa dikendalikan dari hulunya," katanya yang menambahkan terus berkoordinasi dengan Kemenkes terkait masalah tersebut.
 

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2022