Kementerian Sosial melakukan pendekatan teknologi guna membekali penyandang disabilitas agar dapat membangun kemandirian dalam aktifitasnya sehari-hari.Jika ada peningkatan fitur dari tongkat tersebut, pasti saya akan membelinya dan mencobanya sendiri
Menteri Sosial Tri Rismaharini di Sentra Terpadu Inten Suweno Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat, mengatakan yang dibutuhkan penyadang disabilitas pertama adalah alat bantu.
"Tapi yang kedua kemudian bagaimana untuk kehidupan mereka selanjutnya, karena mereka tidak bisa menggantungkan kepada siapapun suatu saat, mereka harus bisa mandiri," ujar Mensos Risma.
Baca juga: Kemensos tingkatkan pelatihan disabilitas agar dapat akses pekerjaan
Mensos Risma mengatakan selanjutnya yang bisa dilakukan Kementerian Sosial yakni mendukung pemberdayaan mereka dalam bekerja hingga berwirausaha.
Sehingga kepada para delegasi peserta tinjauan akhir implementasi dasawarsa penyandang disabilitas di Asia-Pasifik, Mensos Risma menunjukkan sejumlah alat bantu penyandang disabilitas yang juga diproduksi oleh penyandang disabilitas itu sendiri.
Seperti misalnya sepeda motor roda tiga untuk membantu penyandang disabilitas dapat berdagang, tongkat adaptif untuk tuna netra, alat pengukur ketinggian air untuk tuna netra meracik minuman, hingga kursi roda adaptif dan kursi roda khusus cerebral palsy.
Baca juga: Indonesia berikan perhatian pada penyandang disabilitas
Salah seorang delegasi penyandang disabilitas fisik asal Mongolia, Undrakhbayar Chuluundavaa, sempat mencoba kursi roda adaptif buatan penyandang disabilitas tersebut. Dengan alat tersebut, ia dapat duduk dan berdiri tegap.
Selain itu, kursi roda tersebut dapat digerakkan ke arah yang diinginkan. Melihat delegasi tersebut dapat bergerak dengan kursi rodanya, Mensos Risma mengajak untuk tos.
"Ini ide ngawangku (perkiraanku), tapi bagi mereka, bisa berdiri itu harga diri," ujar Mensos Risma.
Undrakhbayar mengaku baru pertama kali mencoba kursi roda adaptif tersebut. Menurutnya, alat tersebut dapat membuatnya merasa bebas bergerak dan terdorong untuk lebih mandiri.
Baca juga: Kemensos alokasikan anggaran Rp55 miliar untuk bansos disabilitas
Selain itu, kursi roda tersebut membuat cara pandangnya berubah. "Biasanya saya selalu memandang orang dari posisi yang lebih rendah, tetapi sekarang saya bisa melihat dengan perspektif yang sama dengan orang lainnya," kata dia.
Demikian pula dengan delegasi penyandang disabilitas tuna netra asal Thailand, Monthian Buntan yang kagum dengan inovasi tongkat adaptif. Menurutnya, tongkat dengan sensor air dan api merupakan fitur yang bagus untuk masa depan penyandang disabilitas.
Di sisi lain, dia mengharapkan agar tongkat adaptif tersebut dapat dibuat lebih tipis dan ringan sebagai penuntunnya untuk mobilitas yang nyaman. Selain itu dia menyarankan agar fitur pada tongkat tersebut dapat terhubung dengan ponsel pintar.
"Jika ada peningkatan fitur dari tongkat tersebut, pasti saya akan membelinya dan mencobanya sendiri," kata dia.
Kementerian Sosial juga menghadirkan berbagai produk karya penyandang disabilitas fisik dan psikososial seperti batik tulis, produk kopi, produk tenun, hingga kerajinan tangan action figure.
Adapun dalam pameran yang diadakan di Sentra Terpadu Inten Suweno Kabupaten Bogor, Jawa Barat, juga memperlihatkan para penyandang disabilitas yang menjadi sukarelawan difabel siaga bencana (Difagana).
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2022