Sebagai tunggal putra Indonesia terakhir yang tersisa di turnamen kategori Super 750 itu, Jonatan menghabiskan 67 menit namun meraih hasil tak memuaskan dengan skor 16-21, 21-18, 18-21.
"Pertama harus selalu bersyukur apapun hasilnya, Puji Tuhan saya rasa tadi bermain cukup baik. Cuma beberapa kali melakukan eror dan pengembalian bola saya membuat Lee Zii Jia lebih enak. Dia bisa gampang menyerang," kata Jonatan lewat informasi tertulis PP PBSI di Jakarta, Sabtu.
Dalam babak perempat final itu, Jonatan sebenarnya sudah tampil baik. Ia mampu mengembalikan umpan-umpan sulit yang diberikan oleh Lee pada beberapa kesempatan. Termasuk penerapan strategi yang baik terlihat dari pola permainan yang cukup adaptif mengikuti gaya lawan.
Namun Jonatan masih kurang ulet dalam mengatasi situasi kritis sehingga sulit keluar dari tekanan terutama jelang gim poin.
Pada gim ketiga pun, Jonatan berhasil memimpin pada awal permainan dengan skor 6-3 hingga 10-8. Namun Jonatan kehilangan fokus dan kehilangan empat poin secara beruntun.
Jonatan kehilangan ritme permainan sehingga memberikan peluang mudah bagi Lee untuk terus mengontrol strategi sampai pertandingan usai.
"Secara keseluruhan dari strategi yang semua dijalani, sebenarnya berjalan dengan baik. Tinggal penyelesaian sedikit," tutur Jonatan.
Melihat hasil tersebut, pebulu tangkis jebolan klub PB Tangkas itu merasa kecewa karena untuk kesekian kalinya harus terhenti di babak delapan besar.
Berdasarkan pertandingan kontra pebulu tangkis asal Malaysia itu, Jonatan akan mengevaluasi bersama pelatih untuk persiapan turnamen mendatang di French Open, Paris.
"Pastinya saya meminta maaf karena belum berhasil melaju ke semifinal, lagi-lagi hasilnya terhenti di babak delapan besar. Saya merasa kecewa dengan hasil ini. Saya dan pelatih nantinya akan diskusi lagi apa yang bisa diperbaiki untuk pertandingan selanjutnya," Jonatan memaparkan.
Baca juga: Minions manfaatkan kesalahan The Babies untuk lalui perempat final
Baca juga: Apri/Fadia disingkirkan unggulan ketiga pada perempat final
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2022