Sepanjang Januari-September 2022, yakni Singapura (10,5 miliar dolar AS), China (5,2 miliar dolar AS), Hong Kong (3,9 miliar dolar AS), Jepang (2,8 miliar dolar AS) serta Malaysia (2,2 miliar dolar AS).
Selanjutnya di posisi ke enam ada Amerika Serikat, disusul Korea Selatan, Belanda, Bermuda, Inggris dan Australia di posisi ke 11.
"Ini menggambarkan bahwa pemerataan terhadap kecenderungan negara-negara melakukan investasi di Indonesia ini semakin hari semakin paten. Ini tidak bisa dilepaskan dari UU Cipta Kerja, ini jujur saja," katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Menurut Bahlil, UU Cipta Kerja memberi optimisme dan keyakinan bagi para investor untuk tetap berinvestasi di Indonesia.
Hal lain yang menurut Bahlil juga berkontribusi adalah konsistensi regulasi atas keputusan Presiden Jokowi dalam mendorong transformasi ekonomi.
"Contoh ketika UE membawa kita di WTO soal nikel, Bapak Presiden tidak gentar sedikitpun, malah disuruh untuk jalankan terus. Memang dibutuhkan leadership yang kuat untuk meyakinkan para investor dalam melakukan penanaman modal di sebuah negara. Di Indonesia, leadership Pak Jokowi alhamdulillah, paten punya," katanya.
Lebih lanjut, Bahlil menilai hampir semua negara yang berinvestasi di Indonesia memiliki beragam tipe. Hal itu lantaran Indonesia punya keunggulan dari melimpahnya sumber daya alam.
Di sisi lain, Indonesia juga terus berbenah untuk melakukan perbaikan sistem logistik. Begitu pula penataan terhadap regulasi dan insentif yang semakin baik.
"Terakhir stabilitas politik dan kondisi kenyamanan mereka (investor) di Indonesia. Rasanya pertimbangan kita lebih baik dibandingkan negara (tujuan investasi) lain. Atas dasar itu, saya punya keyakinan bahwa Indonesia tetap akan jadi pilihan dalam rangka realisasi investasi," katanya.
Dalam catatan Kementerian Investasi/BKPM, pada periode triwulan III 2022, tercatat lima negara teratas yang paling banyak menanamkan modal di Indonesia adalah Singapura (3,8 miliar dolar AS), diikuti China (1,6 miliar dolar AS), Jepang (1 miliar dolar AS), Hong Kong (1 miliar dolar AS) dan Malaysia (900 juta dolar AS).
Meski demikian, Bahlil meminta publik tidak terkecoh dengan keberadaan Singapura dan Malaysia dalam daftar tersebut.
Pasalnya, Singapura merupakan salah satu negara hub bisnis. Demikian pula Malaysia dinilai masuk daftar tersebut karena mengakuisisi perusahaan asal Korea.
"Lagi-lagi Singapura, jangan terkecoh. Dalam berbagai kesempatan saya sampaikan bahwa Singapura ini jadi hub, tidak semuanya uang Singapura, sebagian uang orang Indonesia dan sebagian juga negara-negara lain. Malaysia jangan terkecoh juga, ini sebenarnya sebagian investasi dijadikan hub. Ada beberapa dari Korea, ini masuknya lewat Malaysia karena mereka akuisisi perusahaan di sana. Contoh salah satu di antaranya Lotte. Jadi tidak semuanya uang Malaysia," tutur Bahlil.
Baca juga: Bahlil sebut ada Rp200 triliun investasi masuk ke pembangunan IKN
Baca juga: Realisasi investasi di luar Jawa tumbuh pesat di tahun 2022
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022