• Beranda
  • Berita
  • BNI waspadai potensi peningkatan risiko yang akan dihadapi Indonesia

BNI waspadai potensi peningkatan risiko yang akan dihadapi Indonesia

24 Oktober 2022 18:55 WIB
BNI waspadai potensi peningkatan risiko yang akan dihadapi Indonesia
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar dalam Konferensi Pers Kinerja BNI Kuartal III 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin (24/10/2022). (ANTARA/Agatha Olivia Victoria)

Untuk itu perseroan mengambil langkah proaktif untuk menjaga profitabilitas dapat berkelanjutan dalam jangka panjang

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI Royke Tumilaar menyebutkan pihaknya perlu mewaspadai potensi meningkatnya risiko yang akan dihadapi oleh perekonomian dan perbankan Indonesia ke depan.

Kondisi eksternal saat ini tergolong menantang, yang dipicu oleh eskalasi tensi geopolitik sehingga menciptakan sejumlah risiko baru di tengah efek Pandemi COVID-19 yang mulai mereda.

"Untuk itu perseroan mengambil langkah proaktif untuk menjaga profitabilitas dapat berkelanjutan dalam jangka panjang,” kata Royke dalam Konferensi Pers Kinerja BNI Kuartal III 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin.

Strategi pertumbuhan BNI akan tetap fokus pada segmen yang memiliki imbal hasil yang atraktif dengan kualitas kredit yang baik, seperti korporasi sektor unggulan dan rantai nilainya, pinjaman payroll di segmen konsumer, serta Kredit Usaha Rakyat (KUR) di segmen kecil.

Dengan strategi yang konservatif ini, ia menyampaikan Margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) BNI diperkirakan berada di level yang moderat, namun akan dikompensasikan dengan Biaya Kredit (Cost of Credit/CoC) atau biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang rendah, dan biaya pendapatan yang optimal dari transaksi nasabah.

Baca juga: BNI bukukan laba Rp13,7 triliun di triwulan III, melonjak 76,8 persen
Baca juga: Kredit BNI tumbuh 9,1 persen di triwulan III, menjadi Rp622,61 triliun


“Kami percaya ini adalah strategi yang tepat di tengah turbulensi ekonomi global untuk memberikan hasil yang optimal dan berkelanjutan bagi para pemegang saham kami," ujar Royke.

Ia mengakui prospek ekonomi domestik berpotensi tidak lagi menakjubkan seperti semester pertama tahun ini. Namun perseroan masih melihat indikator makro ekonomi di Indonesia akan cukup sehat dibandingkan negara lain.

Inflasi hingga September 2022 berada pada level 6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya  atau masih cukup wajar untuk ukuran negara berkembang dan pada tahun depan diperkirakan membaik di bawah 4 persen.

Meskipun tren perlambatan ekonomi global cukup mengkhawatirkan, kata dia, perekonomian Indonesia diperkirakan relatif stabil dengan didukung bauran kebijakan fiskal dan moneter yang efektif untuk menjaga stabilitas.

Indikator kestabilan eksternal ekonomi Indonesia pun terus membaik, terutama dari cadangan devisa yang kuat serta tingkat eksposur utang luar negeri yang rendah.

Baca juga: BI: Utang luar negeri RI turun, jadi 397,4 miliar dolar pada Agustus
Baca juga: BI: Cadangan devisa September turun, jadi 130,8 miliar dolar AS

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022