Pembangunan sekolah net zero carbon di empat lokasi ini ... merupakan sekolah percontohan menuju target Jakarta kota emisi nol pada 2050.
Pendidikan berkualitas menjadi faktor penting demi kemajuan bangsa terutama bagi sumber daya manusianya.
Tak hanya dari pembelajaran, aspek sarana dan prasarana pendukung di sekolah juga perlu menjadi perhatian guna meraih cita-cita tersebut.
Dinas Pendidikan DKI Jakarta mewujudkan perubahan pendidikan dengan rehabilitasi empat sekolah emisi rendah karbon (net zero carbon) yang diresmikan beberapa waktu lalu.
Keempat sekolah tersebut, yakni SDN Duren Sawit 14 Jakarta Timur, SD Grogol Selatan 09 Jakarta Selatan, SDN Ragunan 08 dan 09 Jakarta Selatan, dan SMAN 96 Cengkareng Jakarta Barat.
Adapun keempat sekolah ini juga menerima sertifikasi bangunan sehat (net zero healthy greenship) dari Dewan Bangunan Hijau (Green Building Council) Indonesia dan menjadi sekolah negeri pertama yang mendapatkan sertifikat tersebut.
Harapan dengan adanya sekolah net zero carbon ini bisa menjadi stimulus para siswa untuk makin mengembangkan minatnya dalam pembelajaran sesuai perubahan zaman.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menegaskan akan terus mendengarkan aspirasi rakyat dengan memberikan pendidikan secara gratis.
“Salah satu orang tua murid bilang, 'biasanya sekolah gini cuma ada di swasta atau internasional, tapi sekarang anak-anak kami punya sekolah yang bagus dan gratis sekolahnya,'” tulis Anies Baswedan kala masih menjabat Gubernur DKI Jakarta.
Fasilitas ramah lingkungan
Sekolah net zero carbon merupakan bangunan berkonsep yang memiliki emisi rendah, hemat saat dioperasikan, serta sebagian besar kebutuhan energinya berasal dari energi terbarukan.
“Konsep zero itu pada prinsipnya adalah bagaimana kita mendesain suatu bangunan supaya kita bisa mengoptimalkan ventilasi alami, pencahayaan alami, jadi awalnya kita mengkonservasi energi,” kata Direktur Eksekutif Green Building Council (GBC) Indonesia Surendro.
Selain konservasi energi, efisiensi energi dan penggunaan energi yang rendah terdapat faktor lain yang juga penting seperti kesehatan ditandai dengan adanya pertukaran udara di dalam ruangan agar mereka yang berada di dalamnya tetap merasa nyaman, aman, dan sehat.
Adapun syarat untuk mendapatkan pengakuan bangunan sehat, utamanya adalah desain yang harus mengoptimalkan konservasi energi dari ventilasi alami, pencahayaan alami, dan upaya lainnya.
Upaya tersebut berkaitan dengan efisiensi energi seperti penggunaan lampu hemat energi, sebisa mungkin tidak menggunakan pendingin udara (AC), jika harus menggunakan AC diusahakan yang hemat energi atau menggunakan kipas angin dengan tingkat pemakaian rendah selama ruangan tetap nyaman.
Penghematan penggunaan daya listrik juga dimaksimalkan dengan adanya panel surya yang dapat mengubah energi cahaya Matahari menjadi energi listrik.
Selain itu, taman dan lapangan dirancang memiliki kontur paling rendah sehingga jika terjadi banjir maka akan ditampung di tempat tersebut.
Pembangunan sekolah net zero carbon di empat lokasi ini menggunakan APBD senilai Rp126 miliar dan merupakan sekolah percontohan menuju target Jakarta kota emisi nol pada 2050.
Penerima KJP Plus
Tak hanya ramah lingkungan, sekolah net zero carbon juga membantu pembiayaan murid, salah satunya di SDN Ragunan 08 Pagi Jakarta Selatan sebagai penerima Kartu Jakarta Pintar Plus (KJP Plus).
"Sekolah kami penerima KJP ada 361 orang, itu lebih dari 50 persen jumlah siswa kami," kata Wakil Kepala Sekolah SDN Ragunan 08 Pagi, M. Syaikhu Rohman di Jakarta.
Lebih dari setengah siswa di sekolahnya yang berjumlah 699 orang gabungan dari SDN Ragunan 08 Pagi, SDN Ragunan 09 Pagi, dan SDN Ragunan 11 Petang, merupakan penerima bantuan dana pendidikan dari pemerintah.
Pemberian dana pendidikan dari pemerintah tersebut bermanfaat lantaran para siswanya bisa merasakan sekolah negeri dengan fasilitas cukup lengkap.
Sekolah negeri tidak ada pungutan SPP (sumbangan pembinaan pendidikan) dan KJP itu sifatnya bantuan tambahan sehingga biaya pendidikan siswa sudah ditanggung pemerintah.
KJP Plus adalah program strategis untuk memberikan akses bagi warga DKI Jakarta dari kalangan masyarakat tidak mampu, agar dapat mengenyam pendidikan minimal sampai dengan tamat SMA/SMK dengan dibiayai penuh dari dana APBD Provinsi DKI Jakarta.
Adapun siswa tidak mampu adalah peserta didik pada jenjang pendidikan SD sampai dengan menengah yang secara personal dinyatakan tidak mampu, yakni baik secara materi maupun penghasilan orang tuanya tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan dasar pendidikan.
Kebutuhan dasar pendidikan yang dimaksud adalah seragam, sepatu, tas sekolah, biaya transportasi, makanan, dan biaya ekstrakurikuler.
Tumbuhkan kebiasaan siswa
SDN Ragunan 08 Pagi mengurangi kantong sampah di sekolahnya guna mempertahankan konsep ramah lingkungan (net zero healthy greenship).
Bila sekolah-sekolah lain banyak sekali tempat sampah, SDN Ragunan 08 sedikit demi sedikit mengurangi volume sampah hingga nanti tercapai zero waste atau nol sampah.
Dengan mengurangi kantong sampah maka bisa meminimalisasi niat seseorang untuk membuang sampah di sekolah.
Sebagai contoh, jika siswa membawa bekal makanan dari rumah maka yang mereka bawa dari rumah harus kembali dibawa.
Kendati demikian, pihak sekolah tetap menempatkan beberapa kantong sampah di tempat strategis.
Adapun pengurangan kantong sampah ini sebagai bentuk pembiasaan kepada siswa untuk menyimpan sampah terlebih dahulu sebelum menemukan kantong sampah di dekatnya.
Harapannya, siswa bisa menyerap pemahaman karakter mengenai kesadaran di lingkungan sekitar.
Selain berupaya mengurangi kantong sampah, para tenaga kebersihan di sekolah ini juga tak luput turut menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekolah.
Saran pemerhati pendidikan
Pemerhati pendidikan dari Paramadina Institute for Education Reform Mohammad Abduhzen menuturkan adanya sekolah net zero carbon tentu harus diratakan agar setiap siswa bisa menerima kualitas yang sama.
Namun di sisi lain, para gurunya juga harus ditingkatkan kualitasnya seperti melakukan proses pembelajaran lebih dialogis yakni pembelajaran yang multi-arah.
Ia menekankan pentingnya para siswa tak hanya mendengar penjelasan guru namun juga memiliki ruang untuk aktif berpendapat.
Konsultan pendidikan Stien Matakupan menyarankan sekolah mengurangi sampah guna mempertahankan konsep ramah lingkungan.
Daripada sampahnya dibawa pulang ke rumah, menurut dia, lebih baik siswa diajarkan bagaimana mengelola sampah dengan menerapkan prinsip 5R.
Siswa bisa diajarkan di sekolah dengan menerapkan prinsip 5R yakni refuse (menolak), reduce (mengurangi), reuse (gunakan kembali), recycle (daur ulang), dan rot (mengomposkan).
Ya, daripada membeli minuman kemasan plastik, lebih baik membawa botol minum atau sekolah menyediakan galon air.
Siswa juga bisa menggunakan kemasan ramah lingkungan atau memakai kertas bolak-balik untuk berhemat.
Editor: Achmad Zaenal M
Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2022