• Beranda
  • Berita
  • Dolar menguat di tengah dugaan intervensi BoJ, pound berfluktuasi

Dolar menguat di tengah dugaan intervensi BoJ, pound berfluktuasi

25 Oktober 2022 05:42 WIB
Dolar menguat di tengah dugaan intervensi BoJ, pound berfluktuasi
Ilustrasi - Petugas jasa penukaran uang asing Valuta Artha Mas menghitung pecahan 100 dolar AS di ITC Kuningan, Jakarta, . ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/ama/pri.
Dolar AS naik tipis pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), meskipun ada dugaan intervensi valuta asing lagi oleh Jepang, sementara sterling berfluktuasi setelah Rishi Sunak terpilih menjadi perdana menteri ketiga Inggris dalam tujuh minggu terakhir, dan yuan China jatuh ke rekor rendah.

Yen mencapai level terendah 149,70 per dolar semalam sebelum melonjak ke level tertinggi 145,28 dalam beberapa menit dalam sebuah langkah yang menunjukkan bank sentral Jepang (BoJ), yang bertindak untuk Kementerian Keuangan Jepang, telah intervensi lagi.

Volatilitas overnight yen melonjak ke level tertinggi sejak 21 September, sehari sebelum BoJ masuk untuk menopang mata uang untuk pertama kalinya sejak 1998.

Jepang kemungkinan menghabiskan rekor 5,4 triliun hingga 5,5 triliun yen (36,16 miliar dolar AS hingga 36,83 miliar dolar AS) dalam intervensi pembelian yen Jumat (21/10/2022) lalu, menurut perkiraan oleh perusahaan pialang pasar uang Tokyo.

Mata uang Jepang terakhir di 148,89, turun 0,77 persen terhadap greenback.

Dolar bertahan kuat setelah dugaan intervensi BoJ, tetapi melemah, sempat berubah negatif, setelah data PMI (Indeks Manajer Pembelian) flash S&P menunjukkan aktivitas bisnis AS berkontraksi untuk bulan keempat berturut-turut pada Oktober, bukti terbaru dari pelemahan ekonomi dalam menghadapi inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga.

Data mungkin menunjukkan bahwa pergerakan kuat dolar mendekati akhir, kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.

"Anda memiliki kelemahan yang signifikan dalam PMI ini. Bagi saya itu adalah bendera merah besar," katanya. "Ekonomi AS terus menunjukkan tanda-tanda ketahanan yang kuat dan sekarang sepertinya itu akan hilang."

Pada September, Federal Reserve menyampaikan kenaikan suku bunga 75 basis poin ketiga berturut-turut, dan kenaikan keempat sebesar itu diperkirakan pada pertemuan kebijakan minggu depan, meskipun seberapa agresif pembuat kebijakan setelah itu tetap diperdebatkan.

Pasar sekarang menunggu untuk melihat seberapa besar pelemahan ekonomi dan apakah The Fed akan berhenti setelah menaikkan suku bunga pada Desember dan Februari, kata Moya.

Pada pukul 15.30 waktu setempat (19.30 GMT), dolar naik 0,089 persen pada 111,93 terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya.

Sterling maju-mundursetelah Sunak, mantan menteri keuangan negara itu, ditunjuk sebagai pemimpin Partai Konservatif Inggris, membuka jalan baginya untuk menjadi perdana menteri berikutnya.

"Bagaimanapun jabatan perdana menteri Sunak terbuka, kemungkinan akan ada masa-masa yang lebih sulit di depan bagi ekonomi Inggris karena ia bergulat keluar dari penurunan yang memburuk dan bahkan prospek pemilihan umum," kata Giles Coghlan, kepala analis pasar di HYCM.

"Meskipun demikian, ada satu aspek bantuan untuk pound sterling yang sering diabaikan. Di sisi lain Atlantik, perlambatan kebijakan Federal Reserve kemungkinan akan membantu mengangkat sterling sebanyak, jika bahkan tidak lebih, daripada kebijakan fiskal Inggris."

Sterling terakhir turun 0,16 persen pada 1,12915 dolar, dari tertinggi di atas 1,14 dolar. Euro terakhir naik 0,18 persen pada 0,98805 dolar, sementara yuan di luar negeri anjlok ke rekor terendah baru terhadap dolar di 7,3322.
 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022