• Beranda
  • Berita
  • YKI: Perlu kolaborasi pemangku kepentingan dalam tanggulangi kanker

YKI: Perlu kolaborasi pemangku kepentingan dalam tanggulangi kanker

25 Oktober 2022 13:02 WIB
YKI: Perlu kolaborasi pemangku kepentingan dalam tanggulangi kanker
Ilustrasi - Seorang wanita sedang berkonsultasi tentang kanker serviks. ANTARA/Shutterstock/am.
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan semua pemangku kepentingan harus berkolaborasi dalam menanggulangi kanker agar jumlah kasusnya menurun di Indonesia.

"Kerja sama semua pemangku kepentingan di masyarakat termasuk perusahaan farmasi dan masyarakat, amat penting dalam menanggulangi dan menurunkan kejadian kanker di Indonesia," kata Aru di konferensi pers daring, Selasa.

Baca juga: Pemberian nutrisi bagi pasien kanker harus dalam suasana menyenangkan

Berdasarkan data Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari World Health Organization (WHO), total kasus kanker di Indonesia pada 2020 mencapai 396.914 kasus.

Dibandingkan negara-negara maju, jumlah kasus kanker di negara berkembang bertambah 50 persen karena deteksi dini yang belum optimal. Di negara maju, deteksi dini dan langkah-langkah pencegahan lebih bagus sehingga bisa menekan angka kanker.

Dari sisi masyarakat, gaya hidup sehat termasuk olahraga rutin juga patut disadari untuk mengurangi risiko-risiko terkena penyakit kanker.

Sebab, pengobatan yang mutakhir juga tidak cukup efektif menurunkan tingkat kanker bila masyarakat tidak mengubah pola hidup menjadi lebih sehat.

Gaya hidup berperan besar dalam menekan risiko kanker, seperti pada kanker paru yang 95 persen diakibatkan oleh lingkungan, gaya hidup serta kebiasaan merokok.

Edukasi mengenai gejala-gejala kanker juga berguna dalam deteksi dini sehingga masyarakat bisa segera memeriksakan diri bila muncul gejala mencurigakan, misalnya edukasi pemeriksaan payudara sendiri secara rutin bagi perempuan untuk mendeteksi kanker payudara.

Satu dari delapan perempuan berisiko mengalami kanker payudara, sementara di Indonesia sebanyak 70 persen pasien berobat ketika kanker sudah stadium lanjut akibat kurang optimalnya deteksi dini.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018, angka kejadian kanker atau prevalensi di Indonesia meningkat mencapai 30 persen sejak tahun 2013 hingga 2018, sementara 58 persen prevalensi berada di kota-kota besar.

Baca juga: Dokter gizi: 1 dari 5 pasien kanker meninggal akibat malnutrisi

Baca juga: Arab Saudi permudah perempuan umrah mandiri hingga debut LIL LEAGUE

Baca juga: Ketum YKI: 30 persen risiko kanker akibat kebiasaan makan banyak

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022