Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan terus memperkuat promosi kesehatan melalui penerapan gaya hidup CERDIK dan PATUH untuk mengubah perilaku masyarakat hidup lebih sehat yang dapat mengatasi stroke di Indonesia.
“Pencegahan lebih baik daripada mengobati. Populasi sehat harus kita upayakan tetap sehat, populasi berisiko menjadi lebih sehat dan populasi penyandang penyakit tidak menular (PTM) diharapkan bisa dilakukan treatment di puskesmas,” kata Direktur P2PTM Kemenkes Eva Susanti dalam Temu Media Hari Stroke Sedunia 2022 yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Eva menuturkan dalam melangsungkan strategi pencegahan dan pengendalian PTM seperti stroke, pemerintah telah membagi masyarakat ke dalam tiga kategori yakni populasi sehat, populasi berisiko dan populasi penyandang PTM.
Ia menjelaskan populasi sehat adalah orang yang tidak memiliki gejala atau tanda terkena stroke. Guna menjaga kesehatan populasi itu tetap bugar dan terjaga dengan baik, Kemenkes memperkuat Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) melalui CERDIK.
CERDIK sendiri mengandung pesan berupa (C)ek kesehatan rutin, (E)nyahkan asap rokok, (R)ajin aktivitas fisik, (D)iet seimbang, (I)stirahat cukup dan (K)elola stres yang diharapkan dapat merubah perilaku masyarakat untuk hidup lebih sehat.
Kemudian pada populasi berisiko yakni orang dengan tanda-tanda stroke namun tidak memiliki gejala, Kemenkes berupaya segera memberikan upaya preventif primer berupa deteksi dini yang dilakukan di puskesmas.
Sedangkan pada populasi penyandang PTM, yakni orang yang terbukti memiliki tanda maupun gejala stroke, akan diberikan pengobatan preventif sekunder yang biasanya berupa Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
“Kami mengimplementasikan dalam posyandu, jadi kami ada cek kesehatan secara rutin dan ini gratis di puskesmas,” katanya.
Populasi penyandang PTM diharapkan rutin mengikuti ajakan dalam program PATUH yang diselenggarakan agar penderita rajin kontrol dan minum obat.
Program PATUH berupa (P)eriksa kesehatan secara rutin, (A)tasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, (T)etap diet dengan gizi seimbang. (U)payakan aktifitas fisik dengan aman dan (H)indari asap rokok, alkohol dan zat karsinogenik lainnya.
“Kalau untuk yang disabilitas, tentu saja dilakukan teritiery prevention. Tadi sudah saya sampaikan kita bergerak pada dua populasi baik untuk kita lakukan, karena kalau sudah populasi penyandang PTM biasanya biayanya lebih besar,” ujarnya.
Eva menambahkan agar terhindar dari stroke, beberapa pesan GERMAS yang disarankan pada masyarakat untuk diikuti adalah meningkatkan aktivitas fisik seperti melakukan olahraga selama 30 menit setiap hari, melakukan perenggangan di tempat kerja, jalan kaki atau bersepeda.
Kemudian menguatkan edukasi diri dan perilaku hidup sehat melalui tidak merokok, mencuci tangan pakai sabun dan memasak air yang ingin diminum sampai mendidih. Diharapkan pula masyarakat dapat menyediakan pangan yang sehat untuk memperbaiki gizi sesuai takarannya dan seimbang.
“Perlu juga untuk meningkatkan kualitas lingkungan misal sarana air bersih, menyediakan jamban dalam keluarga, dan harus melakukan pencegahan serta deteksi dini penyakit yang diderita,” ucap Eva.
Baca juga: Kemenkes: Empat transisi pengaruhi tingginya angka stroke di RI
Baca juga: Gaya hidup tidak sehat jadi faktor risiko stroke di usia muda
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022