"Harus ada kesadaran tentang segmentasi masyarakat yang beragam dan masing-masing membutuhkan metode dan pendekatan dakwah yang berbeda-beda. Oleh karena itu harus ada pendekatan yang beragam juga," ujar Gus Yahya saat membuka Rakernas LDNU di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan sekitar 127 juta masyarakat Indonesia mengaku sebagai warga nahdliyin. Dari seratusan juta warga NU tersebut terdiri dari segmen-segmen yang berbeda, seperti Baby Boomers, generasi milenial, hingga generasi Z.
PBNU, kata dia, cenderung menerapkan strategi yang dianggap masih tradisional lewat ceramah, tausiyah, maupun pengajian. Jika sasarannya adalah santri, maka strategi tersebut sangat cocok, berbeda halnya jika menyangkut masyarakat nonsantri.
Menurutnya, perlu ada suatu terobosan agar dakwah dapat menyasar semua kalangan dengan berbagai pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing segmen.
Ia mencontohkan perlunya perluasan metode dakwah lewat ruang-ruang digital. Berdasarkan survei, kata Yahya, generasi Z menyebut platform internet sangat dominan sebagai sumber keagamaan.
"Mereka ini sudah tak sama cara berpikirnya dengan generasi kita-kita, mentalnya beda dan cara berpikirnya beda. Mereka tak bisa kita tinggalkan di arena dakwah," katanya.
Di samping itu, Gus Yahya juga menyinggung wawasan LDNU yang mesti lebih luas. Menurutnya, globalisasi telah mengikat seluruh warga dunia yang tidak bisa terlepas dari dinamika global secara keseluruhan.
"Kita perlu paham bagaimana konteks global dalam pergulatan dakwah kita, supaya kita mendapatkan wawasan tentang seluk beluk wawasan global ini. Kita bisa memikirkan materi, konten, dan strategi dakwah sehingga kita tahu kedudukannya dalam konteks dinamika global," kata Gus Yahya.
Baca juga: PBNU: Hari Santri Nasional momentum mengenang kepahlawanan
Baca juga: Yahya Cholil Staquf tegaskan PBNU bekerja laksana pemerintahan
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022