• Beranda
  • Berita
  • Rupiah menguat dipicu kekhawatiran ekonomi memburuk akibat suku bunga

Rupiah menguat dipicu kekhawatiran ekonomi memburuk akibat suku bunga

26 Oktober 2022 10:05 WIB
Rupiah menguat dipicu kekhawatiran ekonomi memburuk akibat suku bunga
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU/aa.

Kembali muncul kekhawatiran kondisi ekonomi AS yang memburuk akibat kebijakan moneter agresif dari bank sentral AS

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi, menguat dipicu kekhawatiran ekonomi yang dapat memburuk akibat kenaikan secara agresif suku bunga bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed).

Rupiah pagi ini menguat 23 poin atau 0,15 persen ke posisi Rp15.600 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.623 per dolar AS.

"Kembali muncul kekhawatiran kondisi ekonomi AS yang memburuk akibat kebijakan moneter agresif dari bank sentral AS," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Rabu.

The Federal Reserve, telah mengambil kebijakan kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin sebanyak tiga kali pertemuan sebelumnya, yang menjadi langkah darurat untuk menekan inflasi yang tinggi di AS.

Tetapi belum adanya tanda-tanda penurunan inflasi dan beberapa data ekonomi yang menunjukkan kondisi ekonomi yang makin melemah, memberikan dukungan pada peringatan beberapa pejabat The Fed yang menyuarakan untuk lebih bersikap hati-hati dalam mengambil kebijakan moneter.

Setidaknya tiga pejabat The Fed sudah menyuarakan kekhawatiran imbas buruk pada ekonomi jika The Fed melanjutkan untuk mengambil langkah moneter yang agresif ke depannya.

Walau dalam notula rapat sebelumnya, The Fed menunjukkan kemungkinan kenaikan suku bunga di bawah level 75 bps, tetapi laporan inflasi tinggi di AS pada awal Oktober sempat kembali mendukung peluang kenaikan suku bunga sebesar 75 bps untuk keempat kali berturut-turut dari The Fed.

Beberapa pengamat ekonomi menyebutkan jika kebijakan agresif berlanjut, The Fed perlu menaikkan target tertinggi suku bunga acuan menjadi 4,5 persen - 5 persen pada 2023, untuk menekan inflasi.

Tetapi tingginya infasi dan tingkat suku bunga, akan melumpuhkan ekonomi dan menjadi beban bagi kreditur dalam memenuhi pembayaran hutang akibat bunga yang tinggi. Laporan ekonomi yang melemah di AS sejak bulan lalu dipandang sudah mencerminkan imbas buruk tersebut.

The Fed akan mengambil kebijakan moneter pada pekan depan tepatnya 3 November 2022 dan dapat menjadi penggerak sentimen utama dolar AS.

Pada Selasa (25/10) lalu, rupiah ditutup menguat 37 poin atau 0,24 persen ke posisi Rp15.623 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.586 per dolar AS.


Baca juga: Rupiah Rabu pagi menguat 23 poin jadi Rp15.600 per dolar AS
Baca juga: Rupiah melemah saat The Fed diprediksi masih akan agresif
Baca juga: Rupiah melemah seiring pasar masih waspadai kenaikan suku bunga

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022