Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut Tanzania belajar industri kulit dari Indonesia saat Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) menggelar pelatihan penyamakan kulit, sebagai wujud nyata kerja sama kedua negara.
“Indonesia menjadi pivotal partner atau sebagai pihak yang membagikan pengetahuan dan keahlian di bidang industri kulit melalui Politeknik ATK Yogyakarta,” tutur Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri BPSDMI Kemenperin Restu Yuni Widayati lewat keterangannya di Jakarta, Rabu.
Sedangkan, Tanzania selaku beneficiary partner atau menjadi pihak yang mempelajari pengetahuan dan keahlian dari pivotal partner, dengan target pelatihan sesuai kebutuhan dan prioritas industri kulit di negara tersebut.
“Kerja sama ini juga didukung oleh Jerman selaku facilitating partner yang membantu menghubungkan kedua negara dan mendukung penyelenggaraan kegiatan,” papar Restu.
Kerja sama tiga negara antara Indonesia, Tanzania, dan Jerman, ini telah direncanakan, diimplementasikan, dan dievaluasi oleh Program South-South Triangular Cooperation (SSTC) Technical and Vocational Educational Training (TVET).
Baca juga: Menperin: Utilisasi industri kulit-alas kaki naik, capai 84,49 persen
Pembiayaan program dilakukan secara co-sharing dari pihak-pihak yang terlibat.
“Adapun tujuan dari kerja sama tiga negara ini adalah transfer pengetahuan dan keahlian terkait industri kulit agar sumber daya manusia industri kulit Tanzania lebih kompeten,” imbuhnya.
Tanzania merupakan negara kedua di Afrika yang memiliki populasi hewan ternak terbanyak setelah Etiopia. Karena itu industri kulit memiliki potensi besar di negara itu, namun SDM kompeten masih menjadi tantangan tersendiri.
“Ini adalah kesempatan untuk meningkatkan kualitas produk kulit di Tanzania. Pelatihan ini merupakan hal yang penting untuk membantu menghadapi tantangan SDM industri kulit kami," ujar Staf Kementerian Industri dan Perdagangan Tanzania Lugano Wilson.
Direktur Kerja Sama Pembangunan Internasional Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Maria Renata Hutagalung turut melihat potensi industri kulit di Tanzania.
Baca juga: Indonesia ingin bangun perjanjian perdagangan dengan Tanzania
"Menurut laporan FAO pada 2020, aktivitas peternakan berkontribusi 7,6 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Tanzania. Banyaknya hewan ternak dan tersedianya SDM yang memadai dapat menjadi keuntungan bagi Tanzania untuk memenuhi permintaan kulit dan produk kulit secara domestik, nasional, dan internasional,” katanya
Pelatihan pendahuluan fokus pada penyamakan kulit yang dilakukan secara daring. Untuk mendapatkan kompetensi menyeluruh, akan diadakan pelatihan luring untuk enam peserta dari Tanzania di Politeknik ATK Yogyakarta.
Sementara itu Kepala Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) Noviyanti mengapresiasi Kemenlu, Kemenperin, Politeknik ATK Yogyakarta, GIZ Jerman, serta Pemerintah Tanzania atas terselenggaranya pelatihan tersebut.
“Kami berharap program ini akan memperkuat hubungan antara kedua negara. Kami juga berharap pelatihan dapat membantu mengembangkan industri pemrosesan kulit di Tanzania melalui SDM yang kompeten," ujarnya.
Baca juga: Kemenperin cetak SDM produk kulit kompeten lewat pembukaan program D1
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022