Berdasarkan peta risiko bencana InaRisk BNPB, kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing daring di Jakarta, Senin, kawasan rawan banjir di Kabupaten Lampung Selatan terdapat di wilayah daratan tengah.
Abdul Muhari menjelaskan bahwa wilayah yang terdampak oleh banjir Lampung Selatan merupakan wilayah yang berada dekat dengan laut. Namun, sekitar 30—40 persen dari wilayah tersebut yang berisiko terdampak banjir.
"Yang harus dilihat ini adalah gambaran dari kerentanan lingkungan. Kalau misalkan dari kajian awal dilihat dari kondisi lingkungan daerah terdampak itu sebenarnya bukan kawasan berisiko banjir, lalu tiba-tiba terjadi banjir dengan cukup tinggi, pasti ada yang salah di situ," ujar Abdul.
Abdul mengungkap sejumlah kemungkinan yang bisa terjadi sebagai penyebab banjir yakni sungai yang tidak terpelihara, atau ada kondisi-kondisi lingkungan yang berubah secara signifikan dalam kurun waktu 5—10 tahun terakhir. Selain itu, dia mengimbau agar memperhatikan kondisi hulu aliran air.
Menurut catatan BNPB, banjir di Kabupaten Lampung Selatan terjadi karena dampak kumulatif curah hujan tinggi dari hari-hari sebelumnya. Adapun intensitas curah hujan tinggi tercatat sejak 24 Oktober 2022.
Curah hujan tinggi tercatat maksimal 300 mm, yang pada umumnya merupakan curah hujan normal lebih 1 bulan, namun terjadi dalam kurun waktu 6 jam. Hal ini menyebabkan akumulasi debit air volume air di hulu itu cukup tinggi.
Baca juga: BNPB: Lebih dari 2.000 DAS belum penuhi syarat 30 persen hutan
Baca juga: BPBD: Sebagian korban banjir Lampung Selatan mulai kembali ke rumah
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022