Wakil Menteri Pertahanan Hanna Malyar menuturkan orang-orang beralih ke media sosial untuk mencari informasi lebih lanjut, terutama tentang tentara yang ditahan atau hilang.
"Mengapa unggahan semacam itu berbahaya? Intinya adalah orang tertentu ini bisa jadi memang ditawan, namun musuh menganggapnya sebagai warga sipil," tulisnya di Telegram.
"Kalau tidak, orang tersebut mungkin hanya bersembunyi sementara di wilayah pendudukan dan sedang mencari cara untuk pulang. Dengan mengungkap data serta foto orang seperti itu, Anda memberi musuh titik petunjuk pencarian."
Menurut Malyar, menyebarkan rincian mengenai kehidupan pribadi tahanan, pandangan politik, status sosial atau riwayat pekerjaan sangat mempersulit proses untuk mengamankan pembebasan mereka dan kerap membahayakan nyawa mereka, katanya.
"Ini mendorong musuh untuk mengawasi orang tertentu, dan sebagai imbasnya, tuntutan mereka untuk pertukaran menjadi lebih tinggi, dan prosesnya sendiri menjadi sangat rumit," katanya, sambil menambahkan bahwa Rusia sejauh ini sudah menukar 1.030 perempuan dan pria Ukraina.
Sumber: Reuters
Baca juga: Rusia: 87.000 orang dikirim ke zona pertempuran di Ukraina
Baca juga: Sekjen PBB desak Rusia berikan akses ke tawanan perang di Ukraina
Baca juga: Rusia dan Ukraina bertukar tawanan, termasuk 108 perempuan
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022