Ketua Bidang Perpajakan dan Fiskal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Bambang Aria Wisena di Nusa Dua Bali, Kamis, mengatakan industri sawit memiliki kemampuan untuk bertahan, sekaligus menyelamatkan perekonomian Indonesia di tengah berbagai gempuran krisis.
"Industri sawit telah berkontribusi Rp500 triliun untuk pemasukan devisa ekspor negara setiap tahunnya. Selain itu komoditas ini memberikan lapangan kerja bagi 16 juta orang," ujarnya di sela Konferensi Sawit Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) 2022.
Hal senada dinyatakan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi B Sukamdani yang menyebutkan industri sawit nasional tidak mengenal krisis karena merupakan industri primer yang menghasilkan pangan serta produk lain, seperti energi dan produk turunan lainnya.
Baca juga: Pemerintah lanjutkan pembebasan pungutan ekspor sawit per 1 November
Dua kali melewati krisis ekonomi, lanjutnya, saat ini industri tersebut mampu menyumbangkan devisa hingga 35 miliar dolar AS serta penyerapan tenaga kerja hingga 17 juta kepala keluarga.
Namun demikian, menurut dia, industri kelapa sawit nasional membutuhkan perhatian yang lebih besar dari pemerintah terutama kementerian terkait, seperti Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan.
Dia mencontohkan kebijakan larangan ekspor minyak sawit mentah (CPO) yang diterapkan beberapa waktu lalu dinilai merugikan industri sawit nasional, sebaliknya justru menguntungkan negara tetangga yang juga produsen minyak sawit.
Oleh karena itu pada kesempatan tersebut Haryadi menyampaikan agar GAPKI lebih keras menyuarakan kondisi yang sebenarnya kepada pemerintah sehingga ke depan industri sawit tidak lagi termarjinalkan.
Baca juga: Ekonom: Asia & Timur Tengah bisa gantikan UE sebagai pasar ekspor CPO
Pewarta: Subagyo
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022