Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai dampak Badai Tropis 93S yang dapat memicu cuaca ekstrem di Sumatera dan Jawa.Cuaca ekstrem dapat ditunjukkan melalui hujan yang turun dengan intensitas bervariasi dari sedang hingga ekstrem yang juga dapat terjadi secara sporadis maupun persisten
"Cuaca ekstrem dapat ditunjukkan melalui hujan yang turun dengan intensitas bervariasi dari sedang hingga ekstrem yang juga dapat terjadi secara sporadis maupun persisten," kata peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Dr Erma Yulihastin dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Hujan sporadis terjadi dalam durasi singkat kurang dari satu jam, namun memiliki intensitas yang tinggi. Sementara itu, hujan persisten terjadi apabila durasi hujan lebih dari enam jam dengan intensitas bervariasi dari hujan ringan hingga ekstrem.
Selain hujan sporadis atau persisten, cuaca ekstrem berupa angin kencang mengancam sejumlah wilayah di Sumatra, terkhusus Sumatra bagian utara.
"Hujan ekstrem disertai angin kencang berpotensi terjadi di wilayah tersebut karena pembentukan badai berpola garis-garis hujan atau disebut squall line yang pada awalnya terbentuk di sepanjang pesisir barat Sumatra dari Aceh hingga Bengkulu," katanya.
Badai squall line yang terbentuk di Sumatera bagian utara bahkan berpotensi terus menjalar menuju timur laut hingga mencapai Selat Malaka dan menimbulkan hujan ekstrem dan angin kencang di sejumlah wilayah di Malaysia.
Kondisi itu dapat bertahan hingga beberapa hari karena dipengaruhi oleh prakondisi pembentukan badai vorteks di Samudra Hindia dekat dengan bagian utara Sumatra.
"Masyarakat di Sumatra bagian utara diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap peningkatan cuaca ekstrem yang dapat terjadi karena dipicu oleh pembentukan badai tersebut," katanya.
Ia menjelaskan bahwa pola cuaca di Indonesia masih memiliki pola yang mirip dengan bulan Oktober 2022 yang lebih banyak dipengaruhi oleh dinamika badai vorteks di Samudra Hindia.
Pembentukan dan peluruhan badai vorteks inilah yang akan menjadi pengontrol utama cuaca, sehingga hujan deras dan angin kencang berpotensi dapat terjadi di Indonesia bagian barat terutama Sumatera dan Jawa.
Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN mengembangkan Kajian Awal Musim Indonesia Jangka Madya (Kamajaya) berbasis data dari Decision Support System untuk mengetahui potensi musim di Indonesia.
Data tersebut menunjukkan selama periode dasarian pertama (1-10 November) terdapat potensi pembentukan badai vorteks di Samudra Hindia dekat Sumatra. Hal ini dibuktikan dengan pemantauan terhadap satelit awan Himawari.
Berdasarkan hasil pemantauan itu, hari ini telah terjadi pembentukan badai vorteks yang telah masuk dalam kategori depresi tropis atau bibit siklon tropis yang dinamakan 93S di Samudra Hindia dekat Sumatra bagian tengah, demikian Erma Yulihastin.
Baca juga: GLOBALink: Korban jiwa badai tropis Nalgae bertambah jadi 72 orang
Baca juga: BMKG: Siklon Nalgae bergerak menjauhi wilayah Indonesia
Baca juga: Peneliti iklim: Badai vorteks jadi penyebab hujan ekstrem di Jawa
Baca juga: BMKG: Bibit siklon tropis Arafura berpotensi terbentuk saat Natal
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022